Saturday, June 07, 2008

Playing with Buttercream contest

Pada suatu hari, tiba-tiba ada tiupan terompet menandakan adanya pengumuman penting (emangnya taon baruan, yak, pake niup terompet? Hehehe...). Yak, yang bagian itu emang rekayasa. Tapi pengumumannya nggak. Ceritanya nih, salah seorang anggota milis kuliner yg aku ikutin ngadain kontes kecil2an. Temanya gak jauh dari per-kuehan, lah. Judulnya playing with buttercream. Trus si jeng cantik itu dengan baik hati menyediakan hadiah utama, sambil mengundang rekan2 lain buat menyumbang hadiah. Jadi aja, yang tadinya cuma ada satu hadiah, lama-lama membengkak dan akhirnya jadi ada 5 hadiah! Hebring yak? Semoga kebaikan para pemberi hadiah itu dibalas oleh Allah SWT dan rejekinya tambah lancar. Amin. Hehehe...

Trus, Ully tea, paling gak bisa ngelewatin tantangan, dooong... Jadilah daku berpikir, kira2 apa yang mau dijagoin, yak? Bikin bunga, biasa ah. Terus apa? Mikir punya mikir, trus keinget sama salah satu 'masterpiece'ku. Dinosaurus cake. Kayaknya boleh juga tuh dicalonin, karena luarnya emang full dilapis buttercream dan I'm sure selama ini belom pernah ada yang bikin model kayak gitu juga. Ya deh, itu aja. Jadilah aku kirim email ke Anne utk daftar kontes ini secara resmi sekaligus ngasih tahu link-nya.

Tapi, waktu pengumuman round-up dikeluarin, lho, mana Dino-ku??? Ternyata emailnya nyasar, sodara-sodara. Tapi jeng Anne emang penuh cinta deh (sesuai nama blognya). Dia masih kasih kesempatan aku kirim lagi dan dimasukin sbg peserta juga. Jadilah si Dino peserta paling buncit. Makasih banyak ya Ann.

Seneng aja ngeliat hasil karyaku berdampingan dengan entry peserta-peserta lain yang kueren-kueren pisan. Gak terlalu malu-maluin, kok. Walaupun itu karya jadul dan waktu ngebikinnya itu ilmuku belum seperti sekarang (duileee... emang sekarang udah secangih apa seeehhh? Malu deh...). Nah, buat yang mau liat kayak apa entry peserta lain, silahkan deh meluncur ke sana. Daaannn... don't forget to vote for me ya. Makaciiihhh

Wednesday, May 28, 2008

Berkebun

Teman saya ini menulis tentang trik untuk menyiasati kenaikan harga BBM dan harga-harga. Saya sekarang ingin sedikit menambahi tulisannya. Selain cara-cara yang diterapkan Gina, saya juga punya ide lain. Sebenarnya sederhana saja, yaitu tanamlah tanaman yang bisa kita nikmati hasilnya, seperti tanaman buah dan sayuran. Ini tercetus waktu di jepang dulu, ketika saya tidak bisa menemukan cabai merah di supermarket (ternyata orang jepang gak suka pedas. Saya baru tahu waktu itu…). Lalu, iseng-iseng saya kumpulkan biji cabai merah yang saya bawa dari indonesia dan saya tanam dalam pot kecil karena apartemen kami di lantai dua, gak punya pekarangan. Eh, ternyata tumbuh (kebetulan waktu itu musim semi, jadi udaranya mirip2 sama di indonesia). Dari sana, saya jadi berangan-angan kalau nanti punya rumah dan ada halamannya, saya akan tanam tanaman seperti itu, setidaknya pohon cabai deh.

Jadilah di rumah yang sekarang kami tempati saya sibuk menggali-gali dan memberi pupuk biji-bijian itu. Saya tanam biji cabai, rambutan rapeah (rapiah? Apa sih namanya, yang kecil-kecil tapi manis itu lho), alpukat (kalau ini udah agak tinggi karena ditanam di rumah kontrakan dulu), lengkeng (ini beli pohon bibit, jadi sekarang udah lumayan tinggi), nanas, durian (walau belum keliatan tunas sama sekali), dan jeruk nipis (yang ini idem, tunasnya saja belum nongol). Lalu setiap pagi dan sore disirami. Kalau saya tidak sempat, ya asisten yang mewakili. Mudah kok menanam tanaman itu, terutama cabai. Baru sebentar ditanam, sudah muncul tunas2 pohonnya.

Komentar ibu saya yang melihat saya berjibaku mengurusi tanaman dan rumput (iya. Rumput juga saya yang tanam sendiri) begini: (mind you, beliau tidak bicara langsung sama saya tapi saya tak sengaja dengar obrolannya dengan anak saya) Mama kamu itu emang aneh. Dulu nenek susaaaaahhhh banget ngajak dia ikut ngurusin tanaman. Eeeh… sekarang malah getol sendiri nanam macam2. Saya jawab saja sambil nyeletuk, beda dong bu. Dulu kan di rumah ibu. Kalo sekarang kan rumah sendiri. Yeeee…. Kata ibu saya bete (ketakjuban itu juga berkali2 diungkap ibu saya kalau melihat kue2 saya, meaning, dulu mau diajari masak sampai harus diuber-uber. Sekarang malah jadi tukang kue. Hehehe…)

Dan, inilah hasilnya. Awalnya sempat kecewa, karena kok yang ditanam biji cabai merah besar, tapi cabainya tidak sampai jadi merah, masih hijau, sudah layu dan gugur. Lalu, setelah beberapa hari tidak keluar rumah karena banyak kerjaan, tiba-tiba waktu sore-sore iseng lihat-lihat tanaman, eeh… ada 3 buah cabai yang sudah berwarna merah. Waaahhh senangnya. They’re the most beautiful cabais I’ve ever seen (duilee… segitunya). Sayangnya saya lihat sebagian daunnya dimakan hama, entah semut, entah belalang. Sebenarnya ada cara buat mengusir hama itu, yaitu disemprot air rebusan tembakau. Dulu sudah pernah saya lakukan dan memang berhasil. Tapi belakangan ini memang lupa untuk diulang.

Jadi semangat nih untuk merawat tanaman yang lain. In the future, saya ingin coba juga menanam sayur-sayuran seperti sawi atau bokcoy dalam pot. Saya pernah membaca tentang seorang pengusaha sayur mayur yang menanam sayurannya dalam pot dan hasilnya tidak kalah dengan yang ditanam di tanah. Saya mau tanam sedikit saja, paling tidak cukup buat dikonsumsi sendiri deh. Lumayan jadi menghemat kan, gak usah beli lagi, tinggal petik di pekarangan? (Kalau mau lebih ekstrim, bisa juga kali pelihara ayam sendiri, buat kolam ikan sendiri, pelihara kambing/sapi sendiri? Hahahaha….).

PS: nasib pohon cabai saya di jepang tidak sebagus yang di sini. Waktu tingginya sekitar 15 cm, oleh Reyhan yang waktu itu baru 3,5 tahun potnya diterjunkan dari teras apato. *Sigh.

Thursday, May 22, 2008

Ketika dia tidur


Saya senang mengamati orang yang sedang tidur. Menurut saya, di waktu itulah kita bisa melihat seseorang apa adanya. Tanpa pretensi. Tanpa polesan. Hingga semua keletihan dan kedamaian tercermin di wajahnya. Terlebih kalau yang tidur adalah anak-anak. Kepolosannya akan tampak jelas dan mengundang belas asih.

Beberapa hari yang lalu, saya lihat salah seorang keponakan saya tidur pulas. Untuk selamanya. Setelah sakit mendadak beberapa jam, tubuh kecilnya yang belum genap berumur 9 bulan tak kuasa menahan derita dan akhirnya menyerah. Kembali kepada sang Khalik. Ketika kami melihatnya, dia benar-benar seperti sedang tidur lelap. He looked just like an angel. Wajahnya yang lucu, pipinya yang bulat dan menggemaskan. Sekilas tak terlihat bahwa hanya jasad tak bernyawa yang terbaring di sana. Hanya bibirnya yang biru yang menjadi pertanda. Di sisinya, sang bunda terisak, menyesakkan dada setiap orang. Kami yang ingin menghibur akhirnya juga tak kuasa menahan haru dan hanya bisa memeluknya erat. Keharuan semakin dalam ketika melihat ke-3 kakaknya yang juga masih kecil-kecil tapi sudah bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Bahwa dedek bayi mereka tak akan pernah bangun lagi dari tidurnya.

Saya pernah kehilangan seorang adik, dulu, waktu masih kecil. Walau ketika itu baru 13 tahun, tapi seluruh rangkaian kejadian itu masih sangat segar dalam ingatan, seakan baru terjadi kemarin. Adik saya meninggal ketika dia sedang mengikuti acara sebuah organisasi di luar kota. Jadi bisa dibayangkan betapa kagetnya kami ketika menerima kabar bahwa dia sudah tiada. His death changed our lives forever. Saya menyaksikan dua lelaki yang sangat saya segani, kedua kakek saya, jadi lemas tak bertenaga dan menangis terisak. Kakek dari pihak ayah, inyik saya, berkali-kali berkata bahwa anak tak seharusnya meninggal mendahului orangtuanya. Saya menyaksikan bagaimana rambut ayah saya memutih dalam waktu hanya sebulan. Saya melihat perubahan drastis dalam diri ibu saya yang semula carefree dan optimis menjadi tertekan dan senantiasa was-was. Sementara saya dan adik bungsu saya, senantiasa berada di bawah bayang-bayang almarhum. Maklum, ketika seseorang berpulang, maka orang-orang yang ditinggalkannya akan cenderung mengingat semua hal-hal yang positif darinya. Terlebih memang diantara kami bertiga, almarhum-lah yang paling tampan, cerdas, berbakat seni dan berbudi bahasa baik. Sebelum menikah dan punya anak, agak sulit bagi saya untuk memahami apa yang dialami oleh kedua orangtua. Tapi semua langsung berubah sejak saya punya anak. Sejak itu saya jadi sangat mengagumi ketabahan kedua orangtua.

Sebenarnya kita mengerti bahwa harta dan keluarga adalah titipan dari Allah, yang bisa sewaktu-waktu diminta kembali oleh sang Empunya. Kehilangan harta bisa lebh diterima. Tapi bagaimana kalau kehilangan orang yang kita cintai? Terlebih kalau orang itu adalah buah hati kita, yang telah kita kandung dengan susah payah selama 9 bulan, yang telah kita rawat dengan penuh kasih sayang sejak dia dilahirkan? Nabi membimbing kita agar mencintai Allah dan RasulNya diatas segalanya, jauh daripada kecintaan kita terhadap harta dan keluarga. Agar ketika salah satu darinya hilang dari hidup kita, maka keimanan terhadap Allah akan menguatkan diri dan hati kita. But what are we suppose to do? Should we love our kids less? How could you love your kids less? Itu pertanyaan besar untuk saya dan saya masih berusaha mencari jawaban yang paling tepat. Kalau ada diantara teman sekalian yang bisa memberi pencerahan, saya akan sangat berterima kasih.


Monday, May 12, 2008

Piala Thomas dan Uber

Sekarang lagi seru-serunya pertandingan Thomas dan Uber Cup. Kira-kira menang gak ya? (Kayana mah susah euy. China gila-gilaan kuatnya). Yah, daripada pusing mikirin BBM mau naik, mendingan menyalurkan ketegangan nonton pertandingan bulutangkis aja deh. Awalnya udah cukup bagus sih, Thomas team ngalahin Thailand 3-2 (walau seharusnya bisa 5-0 if only kedua tunggal itu tampil lbh OK) dan Uber team ngalahin Jepang 4-1. Go Indonesian Team!

PS: Karena ada pertandingan-pertandingan ini, Ricky Subagja jadi hampir tiap hari nongol di TV. Siiip lah. Kekekeke....

Wednesday, April 23, 2008

AAC versus CHSI

Saya membeli kedua buku itu bersamaan. Ayat-ayat cinta saya beli karena penasaran mendengar kehebohan film-nya yang konon sudah ditonton 3,5 juta orang. Lalu, setelah mengambil buku itu, saya tertarik melihat buku yang satunya, Catatan Hati Seorang Istri karya Asma Nadia. Saya baca sekilas, sepertinya bagus juga. Jadilah keduanya saya masukkan kantung belanja.

Sesampai di rumah, saya buka buku AAC lebih dulu. Setelah membaca beberapa halaman, hhmmm.... tidak terlalu istimewa. Gaya bahasanya kurang cocok untuk saya. Saya beralih membaca buku satunya. Nah, yang ini lebih 'nendang' buat saya. Cerita-cerita yang diambil dari true story dan sebagian besar mengenai istri yang teraniaya membuat saya terlarut dan meleleh membacanya. Dan sebagian besar perempuan yang dikisahkan di buku itu bukanlah perempuan biasa. Mereka perempuan terpelajar, dari keluarga baik-baik dan dengan tingkat perekonomian cukup mapan. Kok bisa? Sempat tercetus kekhawatiran jikalau suatu hari kisah seperti itu akan terjadi di keluarga saya. Untung, sahabat saya ini bisa menenangkan hati saya hingga kekhawatiran itu sedikit demi sedikit lenyap. Apalagi setelah suami tercinta, yang entah bagaimana bisa membaca kekacauan hati saya, tanpa banyak bicara bisa memulihkan kepercayaan diri saya yang sempat goyah.

Habis buku pertama, akhirnya saya ambil juga buku AAC. Saya ulang membaca dari awal. Lembar demi lembar, bab demi bab, ternyata memang mengasyikkan. Tulisannya lugas tapi memikat. Walaupun kisahnya fiktif, tapi banyak hal yang bisa diterapkan dalam kehidupan seperti bagaimana memperlakukan pasangan dalam berumah tangga, ahlak muslim dan muslimah, percintaan yang islami bahkan tata cara malam pertama menurut Islam. Tak berlebihan kalau novel ini disebut sebagai pembangun jiwa, dengan adanya cuplikan-cuplikan ayat suci Al-Qur'an, hadis-hadis dan bahkan puisi-puisi yang ditempatkan di bagian yang sangat sesuai, bukan hanya tempelan pemanis saja. Saya jadi berpikir, andai saja ada lebih banyak remaja muslim seperti Fahri dan muslimah seperti Nurul dan Aisha di dunia ini, saya rasa Islam tidak akan mendapat label-label negatif seperti yang terjadi sekarang. Dan setelah selesai membaca novel itu, saya seakan memandang lingkungan ini dari kacamata yang baru. Kalau dulu pemandangan anak-anak muda berpacaran, bergandengan tangan atau bahkan berangkulan tidak mengusik saya atau bahkan merupakan hal yang sewajarnya, setelah menyelesaikan AAC saya jadi membatin, betapa jauhnya Islam dari keseharian kita. Agama hanya identik dengan shalat, puasa, pergi haji, dan zakat. Memang benar sekali sabda junjungan Rasulullah bahwa ada masanya nanti umat islam akan menjadi seperti buih di lautan. Banyak, tapi tidak berdampak. Dan bisa dihapuskan dengan sangat mudah. Sekarang, masa itu sudah tiba.

Sepertinya tidak afdol bicara islam kalau tidak menyinggung masalah poligami. Di dalam novel AAC juga ada bagian yang memuat kisah poligami tokoh-tokoh utamanya. Tapi, menurut saya pribadi, penggambarannya tidak mengarah kepada anjuran untuk berpoligami. Di kisah ini, keputusan untuk berpoligami lebih dikarenakan alasan kemanusiaan dan dakwah. Wanita yang dijadikan istri kedua adalah wanita yang sedang sakit parah dan membutuhkan bimbingan untuk bisa menemukan hidayah dari Allah SWT, bukan wanita muda segar bugar cantik jelita :P. Tindakan itu juga dilakukan atas desakan istri pertama, yang merasa sangat membutuhkan bantuan wanita 'calon madu'nya dan tidak mau kehilangan suami karena fitnahan keji. Mungkin, kalau ada alasan yang tepat untuk berpoligami, inilah salah satunya. Selain mengikuti teladan Rosulullah, tentunya, yang sebagian besar istrinya adalah janda-janda tua yang ditinggal mati syahid suaminya, berusia diatas 55 tahun dan memiliki banyak anak.

Mungkin saya memang kurang banyak membaca buku-buku 'pembangun jiwa' seperti ini sehingga sangat membekas di hati, entahlah. Yang pasti, untuk saya saat ini, kedua buku inilah yang jadi favorit saya. Bahkan bisa membuat saya melupakan seri Harry Potter yang membius itu!

Monday, April 21, 2008

Apanya yang terhormat?

Koran kompas minggu, halaman pertama.
Anggota DPR sita kamera video.

Saya pikir beritanya tentang apa. Mungkin anggota DPR itu menyita kamera video yg dipakai untuk kejahatan. Ternyata, setelah dibaca, kamera itu disita karena dipakai oleh satpam untuk merekam kelakuan tak terpuji sang anggota DPR sendiri. Ceritanya, si anggota DPR itu mau memaksa mobilnya keluar dari halaman parkir gedung lewat pintu gerbang masuk. Jelas gak diperbolehkan sama petugas, kan berbahaya dan bisa mencelakakan pengemudi yang lain, toh? Tapi si anggota DPR malah ngotot, dan akhirnya memaki-maki sang petugas satpam. Konon sempat keluar kata-kata seperti ini: "Saya ini anggota dewan. Kalian rakyat kecil, tahu apa?" Karena ribut-ribut itu, salah seorang petugas parkir langsung mengambil kamera handycam yg memang disediakan oleh pihak pengelola gedung untuk merekam keributan semacam itu. Waktu sadar dia direkam, si anggota DPR lalu merebut kamera itu. 2 orang pengawalnya menghalang-halangi petugas yang berusaha mengambil kembali kamera dan berlalulah mereka dari sana. Apesnya, penggantian kamera yang baru berumur 4 bulan itu dibebankan pada petugas satpam yg bersangkutan, jadi gajinya dipotong untuk menggantikan harga kamera itu!

Saya meradang sekali membaca berita ini. Apakah seperti itu kelakuan anggota dewan yang terhormat? Seenaknya melanggar peraturan dan tersinggung ketika diingatkan bahkan menyerang balik? Karena merasa diri terhormat, lalu semua orang lainnya cuma sampah dimatanya? Apanya yang terhormat? Tak heran Indonesia makin hari makin terpuruk. Para wakil rakyat bukannya sadar posisi sebagai wakil, malah merasa jadi dewa yang harus disembah. Jadi anggapan dan pandangan masyarakat selama ini memang benar adanya. Seperti itulah kualitas manusia-manusia yang terpilih untuk menduduki kursi kehormatan itu. Jadi ini salah siapa? Rakyat yang memilih, atau partai yang menetapkan para wakilnya? Tentunya partai tidak mau disalahkan. Jadi yang salah, akhirnya, rakyat lageee.... rakyat lageee.... Cape deeehhhh jadi rakyat!

Friday, April 18, 2008

My dream

Be careful with what you wish for, 'cause you might just get it

Saya baca pepatah itu bertahun-tahun yang lalu, dan sangat berkesan hingga selalu saya ingat sampai saat ini. Kenapa? Karena artinya dalam sekali. Buat saya, pepatah itu berarti apa yang kita inginkan dan dapatkan tidak selalu baik bagi kita. Dan apa yang tidak berhasil kita raih bukan selalu berarti kegagalan dan buruk jadinya bagi kita. Efeknya, saya selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan. Tengok-tengok, tanya kiri kanan, kupas luar dalam. Dan walhasil, setelah keputusan diambil dan dijalankan pun, saya terkadang masih bulak balik berpikir, benarkah keputusan yang sudah saya ambil? Apakah memang itu yang terbaik buat saya? Bagaimana kalau... dst, dll.

Kalau di islam, ada istilah istidraj, yaitu kenikmatan yang sebenarnya adalah azab. Nauzubillah, jangan sampai itu terjadi pada saya. Seringkali setelah mendapat kenikmatan, saya bertanya-tanya dalam hati, apakah benar ini hadiah Allah? Apakah akan ada bencana dibaliknya? Salahkah saya sudah meminta sesuatu yang sebenarnya tidak sesuai bagi saya yang pada akhirnya akan membawa akibat buruk bagi diri saya sendiri? Contoh yang paling jelas adalah ketika lulus UMPTN dulu. Saya seorang diri di kota asing, tanpa saudara, teman baru segelintir, dapat tempat kost yang sama sekali tidak menyenangkan, rasanya sengsara sekali. Hampir setiap malam saya menangis, menyalahkan diri sendiri kenapa memilih mendaftar ke sana? Kenapa saya tidak kuliah di jakarta saja, di universitas cadangan yang sudah menerima saya, dan kenapa kenapa lainnya. Di Jakarta, ibu saya juga sama sengsaranya dengan saya. Melepas anak gadis satu-satunya di tempat asing yang tidak berkenan untuknya. Beliau selalu menelepon setiap hari mengecek keadaan saya, dan setelah itu, menurut cerita ayah saya, jadi tak bernafsu makan. Untung keadaan itu tidak lama, hanya dua bulan, setelah itu saya pindah ke tempat yang jauh lebih baik di mana saya tinggal sampai kuliah hampir selesai. Tapi di masa awal-awal itu, saya sempat meragukan pilihan saya. Dan saya sempat berpikir, mungkin saya salah telah berdoa agar lulus UMPTN dan diterima di kampus tercinta itu. Mungkin Allah ingin menunjukkan pada saya bahwa tidak semua yang saya inginkan itu adalah baik bagi saya, walaupun akhirnya Syukur Alhamdulillah semua prasangka buruk saya itu salah adanya.


Sebelum berangkat ke Jepang, keadaan itu seperti terulang lagi. Kami berdua, saya dan suami, diliputi keraguan yang hebat untuk memutuskan apakah akan berangkat atau melepas tawaran yang baik itu. Sebagian besar keraguan disebabkan oleh pihak ke-3 yang entah kenapa memberikan banyak gambaran buruk pada kami. Menurutnya, kepergian kami hanya akan berujung sengsara. Dia memprediksi bahwa sepulang kami dari jepang, kondisi kami akan semakin jatuh dan keuangan kami akan porak poranda. Kami bimbang, benarkah akan begitu adanya? Untungnya, orangtua saya dan mas sangat mendukung kepergian kami. Merekalah yang menyemangati kami untuk tidak ragu dan berusaha sekuatnya agar bisa mendapat yang terbaik di negeri orang. Dengan mengucap Bismillah, kami berangkat dan sekali lagi, Alhamdulillah, semua prediksi buruk itu tidak benar. Justru sepulang dari sana, mas mendapat peningkatan karir yang baik.

I have a dream. Sejak remaja dulu, ada sesuatu yang selalu mengusik hati saya. Tapi mimpi itu saya simpan rapat-rapat, karena tak tahu bagaimana cara mewujudkannya. Sedikit demi sedikit, hal itu menjadi obsesi dalam diri dan terpendam dalam, bahkan sedikit terlupakan. Baru-baru ini saja saya ungkapkan obsesi saya itu pada orang-orang terdekat: suami, adik, sahabat. Itupun karena tiba-tiba saya mendapat pilihan yang bisa membukakan pintu kesempatan itu. Dan sekali lagi, keraguan menyelimuti hati saya. Haruskah saya wujudkan mimpi itu? Apakah
akan membawa akhir yang baik atau buruk bagi saya dan keluarga? Walau suami tercinta menyatakan dukungannya, tapi saya tetap merasa tak karuan. Kalau impian itu terwujud, artinya my dream finally comes true. Dan itu bisa membuka jalan bagi terwujudnya mimpi-mimpi kami yang lain. Tapi banyak yang menjadi taruhannya. Dan taruhan itu sangat berat. Di lain pihak, kalau ternyata pintu itu tetap tertutup, saya rasa saya akan merasa cukup terpukul. Dan impian itu akan terkubur selamanya. Walau saya akan terus berusaha membesarkan hati dengan kalimat klise: Mungkin itulah yang terbaik bagi saya. Sementara ini, saya berusaha memantapkan pilihan sambil terus berdoa, Ya Allah, berikanlah apa yang menurutMu terbaik bagi saya dan keluarga saya. Dekatkanlah kami dengan ridhoMu. Amiiinnn... (bantu saya berdoa ya, temans).

Sunday, April 13, 2008

Gantian

Alhamdulillah, multiply udah bisa ditengokin lagi. Eeeeeh.... ternyata gantian blogger yang di block. Aduh.... blog go blog go blog deh. Piye tho iki? Maunya provider apa toh (ini kerjaannya spidi kan, bukan pemerintah sendiri yg nutup? Ato emang pemerintah langsung? Tau ah, pusiiiinggg.... pussiiiiingg.....

Tuesday, April 01, 2008

Kid's Wits

Suatu hari, waktu lagi jalan-jalan ber-4 naik mobil, Reyhan duduk di sebelah bapak yang nyetir, mama dan adek di belakang. Reyhan gak bisa diem banget, adaaaaa.... aja yang dipegang. Sampe berbusa mulut mama nyuruh dia duduk tenang. Tiba-tiba, dia merosot dari kursi trus melongok-longok ke bawah dashboard. Bapak yang merasa keganggu jadi kesel, nyuruh reyhan duduk lagi yang tenang. Tapi Reyhannya tetep aja longok-longok. Akhirnya mama tanya:
"Nyari apa sih, Han?"
"Nggak," Sambil terus longok-longok.
"Kalo nggak, jangan begitu dong. Duduk aja yang bener."
"Aku lagi cari giginya mobil, ma. Mana sih? Waktu itu aku cari di depan gak ada. Di sini kok gak ada juga?"
Mama sama bapak ngakak.

***

Waktu saluran air kamar mandi dan dapur mampet, mama sama pembantu berjibaku mompa dan ngebersihin saluran di kamar mandi. Reyhan yang baru masuk setelah main dari luar, ikut ngelongok ke kamar mandi. Komentarnya:
"Mampet ya ma?"
"Iya."
"Sama dong sama idung aku," (kebetulan memang dia lagi flu) sambil ngeloyor pergi keluar lagi.

***

Adek lagi asik nonton acara idola cilik sambil joget-joget niruin penyanyi di TV (judul acaranya idola cilik, yang nyanyi anak-anak, kenapa lagunya lagu orang tua seperti percayalah kasih, dll ya?). Mama komentar:
"Dek, nanti adek ikut acara itu ya."
"Iya," jawab adek sambil terus goyang.
"Adek nyanyi lagu apa? Lagu mulan ya?"
"Iya," adek asal jawab.
"Lagu apa, ma?" Reyhan tanya.
"Lagu Mulan, itu tuuhhh..." Mama gak mau perjelas maksudnya.
"Oo.... Yang ini ya, Ambilkan Mulan-ku..." kata Reyhan serius.
Bapaknya ngakak.

***

Adek kalo mandi, pake shampoo, terus rambutnya dibentuk aneh-aneh, ditarik sana sini jadi kayak tanduk. Trus dia bilang:
"Ma, mau liat kaca. Aku cantik apa cantik?"

Wednesday, March 26, 2008

Mahluk Tuhan yang paling lucu


Izza sekarang udah makin kenes aja. Seperti kayak kakaknya waktu umur 3 tahun dulu (malah kalo kakaknya dari umur 2 tahun, sih), Izza lagi seneng-senengnya nyanyi. Setiap hari, setiap waktu, nyanyi teruuuss... (kecuali kalo lagi tidur. Hehehe...). Ini nih lagu-lagu yang paling sering dinyanyiiin sama si adek:
- Theme song-nya Mamamia (gara-gara ortunya nonton demen mamamia celeb show). Bahkan sampe sekarang kalo liat mantan MC acara itu, dia langsung nunjuk trus bilang itu mamamia. Heheheh....
- Kakak mia. Gara-gara kebanyakan naik odong-odong (yang tinggal di luar negeri pasti gak ngerti apa itu odong-odong. Itu hiburan rakyat kecil, semacam komidi puter tapi keliling kampung dan dikayuh kayak becak gitu deh. Selamat membayangkan...). Padahal itu lagu kan dari jaman mamanya kecil udah beken ya? (Pengen tau juga siapa yang bikin lagu itu, ya? Soalnya dari kecil dulu tiap denger lagu ini, pasti gw mikir kok gampang banget ya minta anak ke si kakak mia ini? Emang dia punya tempat membiakkan anak, apa? Trus abis itu si anaknya mo disuruh jualan lagi. Bener-bener eksploitasi anak. Bisa digasak abis tuh ama kak seto n anak buahnya. *Apa seeh... jadi ngelantur*).
- Bilang saja oke. Ini lagu emang enak ya, bahkan buat yang suaranya pas-pasan, karena nyanyinya gak pake usaha :D.
- Mahluk Tuhan yang paling seksi. Naaahhh... ini nih yang jadi perkara. Gak pernah ada yang ngajarin, wong gw gak demen banget dengerin teks-nya yang menjurus-jurus itu, trus asisten di rumah jg gak pernah nyanyiin ini lagu (I should know, gw kan hampir tiap saat di rumah. Di waktu2 gw keluar rumah, si adek hampir bisa dipastikan nguntit mamanya). Kayaknya dia cuma beberapa kali denger plus nonton di TV (Warning! Sudah terbukti TV emang berbahaya). Dan umumnya anak-anak, 2-3 kali denger langsung deh hapal. Bagian reff-nya pula. Bisa bayangin kan risihnya denger anak-anak nyanyi kayak gini:
mahluk tuhan yang tercipta yang paling cekci.
Cuma kamu yang bica membuatku terus menjerit.
Au au au... ah ah ah.
..

Ancur.... ancur. Tapi gw gak unjukin reaksi yang terlalu keras, karena kalo makin dilarang pasti makin sering dia nyanyiin. Gw alihin aja ke lagu lain tiap kali dia mo nyanyi itu. Lumayan berhasil sih. Tapi yg bikin gw kesel banget sih ya yang bikin lagu ama penyanyinya itu. Gak mikir apa ya, efeknya ke anak-anak. Kan dia sendiri juga pada punya anak. Gimana kalo tu lagu dinyanyiin setiap hari sama anak-anaknya? Kira2 seneng gak dia dengernya? (kalo bilang seneng, gw toyor nih jidatnya). Yang bikin, yang nyanyi, sama aja kblingernya. Kalo yg nyanyiin bilang itu diluar kuasa dia, dia cuma nyanyiin dan gak bisa nolak, bullshit banget. Kayak gak ada lagu lain aja. Tinggal bilang, sori, gw gak sreg ama lagunya. Bikinin yang laen yang lebih bagus dong. Titik. Selesai perkara.

Emang makin susah jaman sekarang ngedidik anak-anak. Banyak banget batu sandungannya. Belom lama juga rame kasus video porno diumpetin ditengah film Naruto dan power ranger (tontonannya anak gw semua tuuuh). Kalo soal warnet yang dijadiin tempat buat buka situs porno sama anak2 sih udah bukan barang baru deh. Jadi rada bersyukur juga tinggal di kampug, yang anak-anaknya cuma hobi maen sepak bola. At least moralnya masih pada intact (hopefully). Walaupun sekarang Reyhan ngomongnya udah mulai ketularan temennya: Iya dah! :))

Thursday, March 06, 2008

Morat marit

Capee... bosen...
Tiap hari baca koran, lebih banyak berita buruk daripada berita baik.
Harga minyak goreng naik lagi. Dari 7 rebu sekilo, jadi 11 rebu, dan sekarang 15 rebu.
Harga terigu naik juga, dari 7 rebu jadi 13 rebu.
Harga kedelai naik, harga tempe naik.
Harga beras naik.
Pengangguran naik.
Gaji kapan naiknya?

7250 penjual mie pailit.
Jumlah penjual tempe turun drastis.
Sebagian penjual tahu sumedang gulung tikar.
Sebagian penjual kerupuk bangkrut.
Hasil produksi padi turun.

Banjir dimana-mana.
Jalan rusak berat di banyak tempat, bahkan di jalan protokol.
Flu burung gak habis-habis.
Salah satu jaksa terbaik tertangkap tangan menerima suap.
Ibu hamil dan anaknya mati kelaparan karena 3 hari gak makan.

TOOLOOOOONGGGGG!!!

Mau jadi apa negeri ini?
Kemana para pemimpinnya?
Kenapa malah sibuk ikut pencalonan ini itu?

Pusing, bete, gemes...

Friday, February 22, 2008

I'm on a diet!

Dieting. What a big word! Especially for a food lover like me. After all, my biggest obsession is chocolate! So, ever since the Idul Fitri, I can't help but gaining a few weight from all those kaastengels and cheesecake I ate (I know, I know, I have no one else to blame but myself). I keep telling myself that I will start eating less and excercise more, but what can I say, there's always movie to translate and work to do in front of my computer (excuse and excuse. Yeah I know).

Then, several weeks ago, Mas said that he sometimes felt pain in his leg especially when he sat down during prays. I told him to go to the doctor, but he said that it must be because of his weight. Douh! I've been telling him to loose some (yeah right. Hark who's talking, girl!). Later that week, he informed me that the pain had diminished, due to the change of his lunch menu. That's news for me. But I was still concerned about it, so I made a mental note to find out about healthy eating habit.

Last week, the four of us went to a book store. There, as always, I browsed in the food section. I came upon a book titled Food Combining by Andang Gunawan. Interested, I picked it up and started to check it out. It turned out to be a very interesting and informative book. It explained about human digestive system in a simple way that can be understood by everyone. It described types of food and how we process it in our body. It also gave a thorough explanation about food combining, complete with examples, menu and recipes. Without thinking much further, I decided to buy the book and tried the food combining method.

Since I gained weight, not only I can't wear most of my clothes, but my stomach also felt bloated most of the time. I suspected it caused by my chronic ulcer (well, at least I suspect it chronic because I already suffer from it since I was in high school). Even though I ate a lot to avoid it (which resulted in my obesity), it never cured completely and I have to avoid eating acidic food like orange if my stomach was empty. I also had irregular bowel movements, bad breath and felt fatigue often. All in all, I concluded that it's time to make a change.

I started to apply the food combining diet on monday. From the book, I found out that I should only eat light food such as fruit in the morning. I started the day with drinking two glasses of warm water with a squeeze of lime . To be honest, it frightened me. I couldn't imagine what happened to my empty stomach if I do it. But I pluck my courage up and I did it. Much to my surprise, my ulcer didn't occur. In fact, It never occurred even once in these 5 days I did the food combining method! Hoorraay!! It's true that I felt a little light-headed on the first day, but that's it! I even started to feel lighter and had more energy than before. My body seemed to be loosing some of its fat and I've only been doing it for 5 days! It's amazing!

Actually, the food combining method was simple. We had to arrange the food that we ate so that our body could process it thoroughly and get rid of the waste more efficiently since the unprocessed food tend to stay in our digestive system and root there. No wonder I had bad breath! Anyway, there were 3 major nutrient substances that held an important role in our body. They were carbohydrate, protein and fat. Human digestive system could not process too many substances at the same time. To avoid that, we needed to arrange our eating habit so that we wont' be eating too many major substances at the same time. For example, we shouldn't eat rice and meat because that would mean carbohydrate and protein content was almost the same and we would need a lot of energy to process them. So instead of getting energy from our food, we wasted the energy to process it. Imagine that! What's more important, if we did it in the long run, we would develop diseases such as high blood pressure, asam urat, heart attack, kidney failure, tumor, etc.

The suggested diet was like this. In the morning, you ate only fruit until noon. For lunch, you ate a portion of vegetables and carbohydrate like rice or noodle. Or, you ate a portion of vegetables and meat without rice. For dinner, you ate a portion of vegetables with meat or with carbohydrates, depend on your lunch. Between meal, you could eat fruit or juice, of course without any additional sugar. That's it. Simple, isn't it?

Well, actually, it's not that simple. I mean, you have to read the book to understand the method completely. I mean, it explains about milk, beans, vegetable-fruit, etc. that you need to know before you start the diet, but to make it simpler, the conclusion is as above. One thing I like most about this method was that I didn't have to starve to make it work. God knows I couldn't stand eating small portion of food. That's why usual diet system didn't work for me. Anything that involved weighing food and sizing them didn't tempt me. This week, I still ate a bowl of rice every day, one time I even add noodles as a side dish! I ate delicious grilled chicken, rawon, teriyaki (I tried the recipes in the book and man! They are delicious!), but I still loose fat. My stomach never bloated again, my bad breath was history, and I could loosen my bowels regularly now. Alhamdulillah. On top of it all, I never feel hungry! Hehehe....

I am now in the process of persuading my husband and both my parents to do the same thing and eat the same way like me. They are intrigued, but still hesitated to do it *sigh. My parents have even bought the book but they haven't read it yet. Ah well, I'm sure they will follow my lead after they see the result with their own eyes and do the food combining method as well, and get rid of those handful of pills (it's literally a handful) that they take everyday for their high blood pressure, asam urat, ulcer, and God knows what.

Thursday, February 14, 2008

Reuni Fisika angkatan 91

It's been quite a long time since I last saw my friends from Physics. After we graduated from ITB, we practically never had the chance to get together anymore. That's why when one of them suggested that we had a little reunion, complete with our spouse and family, I readily agreed.

We met on saturday, Feb. 9, in Pras's house in Pondok Gede. I previously asked Cholid, the EO, whether we need to bring some food or not. But Cholid said we could just collect some money and give it to Pras afterward. It's simpler. Ok, I agreed. But as I promised to bring one of my 'creation', I still brought a blackforrest cake and spaghetti (because my children are picky eater, so I'd better bring something that they really like).

On the D-day, we arrived at the place the same time with Yayan and his family. Cholid and his new wife were already there. And then I did a stupid thing. I dropped the cake that I very meticulously prepared the night before. Gone was the beauty of that cake. Bummer! Fortunately (typical Indonesian. Always look for the bright side), it's not completely damaged. So it's still edible. Meanwhile, Pras and his wife (and I guess, his mother as well) have prepared some delicious cuisine for the occasion. The ox tail soup was definitely tasty, not to mention the pangsit which was served with mayonaise sauce (honestly, I never thought pangsit could go with mayonaise but it was great). Yummy!!

Later, Jose and his family and then Remon arrived. As Remon was the only single amongst us, he resignedly became the object of other ridicules (so much for the promise of not asking, not teasing you, ya Mon? Hehehe...). And then Aas and his son arrived. As Reyhan was the only boy in the group (because all other kids were girls), he was glad to have another boy to play with. And how they play! Meanwhile, Izza, as always, was willing to play with other girls as long as they didn't touch her toys (or to be exact, the host's toys which she considered her own :D). But then she played with Jose's and Yayan's kids, who were older than her.

Finally, it's time to go home. But of course, we took some picture first. My sone and Aas's son were some of the photographers, so the pictures you're about to see were taken by Reyhan. I should say they're not bad. Not bad at all.


PS: Anyway, I want to tell you the fate of my cake. Despite its crumble look, everyone still love it. As I said to them, the accident merely change its look, not the taste. And it's almost gone by the time we were ready to go home, and I was very glad about it :D. Anyway, it's the original looks.

Wednesday, February 13, 2008

(Ini dia) Foto-foto rumah kami

Akhirnya, sempet juga upload foto2 ini (sesuai janji sebelumnya). It's not much, but it's our home. Enjoy!!

Ini waktu masih berupa tanah kosong dan baru 50% selesai
Ini udah 75% selesai.
Dan inilah hasil akhirnya. Si adek ikut mejeng depan rumah.



Thursday, January 31, 2008

Kisah Pindahan

Pindahan? Kapan? Kayaknya udah lama deh. Iya siiih.... Bulan November lalu. Basi gak ya? Gak deh ya, kan baru 3 bulan lalu (Hihihi... 3 bulan gak basi. Biar ah, mau baca silahkan, gak ya udah).

Jadi, tanggal 10 november itu, kami sekeluarga pindah dari kompleks Pondok Duta ke Cipedak, Srengseng sawah. Dari rumah kontrakan ke Istana mungil terpecil. Hihihi.... Biar mungil dan terpencil, tapi kalo rumah sendiri ya tetep aja istana rasanya. Ya tokh?

Persiapan pindah udah dimulai sejak 2 hari sebelumnya. Nge-pak2 barang2 yang kayaknya sedikit tapi setelah dibungkus dan ditumpuk kok ya jadi banyak juga ya? Buku2, mainan anak2, pakaian, peralatan dapur, loyang, pernak-pernik. Aje gile. Walaupun udah terlatih packing (kl dipikir2, ada deh sekitar 7 kali gw packing, termasuk buat pindah ke jepang dan balik ke indonesia), tetep aja yang ini rekor. Jadi gambarannya begini. Pertama pindah dari pondok mertua indah di bukit duri ke jl. cucak rawa, gak perlu sewa mobil truk. Terus pindah dari situ ke lenteng agung waktu bapaknya reyhan mau ke jepang, sewa truk kecil jadi kudu bulak balik 2 kali. Pindah dari LA ke Pondok duta, sewa truk rada gede yg juga kudu bulak balik 2 kali. Dan sekarang, pindah dari pondok duta ke Cipedak, sewa 2 truk rada gede yang salah satunya kudu balik sekali lagi. Hahahah.... Jadi makin lama, makin banyak barang yg kita angkut deh (iyalah, tadinya berdua, trus bertiga dan sekarang berempat). Abis ini kalo pindah lagi, berapa truk ya barang2nya? Aduuhh... moga2 gak ada acara boyongan lagi deh (kecuali kalo si babe dapet beasiswa lagi jadi boyongannya ke luar negeri. Gak pake truk2an kan? Cukup angkat kopor. Kekeke....).

Untungnya truk itu udah all in. Maksudnya, dia sekalian bawa tukang angkut barang. Jadi gak perlu repot2 ngerahin sodara2 dan tetangga buat ngebantuin. Jam 8 pagi truk dateng, langsung loading barang2 yg gede kyk lemari (salah satu lemariku tingginya 2 meter!! Untung bisa juga masuk ke truk), tempat tidur, kursi tamu, kulkas dan mesin cuci. Mobil kedua diisi si primadona, kursi pijet (itu kudu masuk duluan, soale biar posisinya paling bagus gak kehantem barang2 lain), baru diisi barang2 rada kecil kyk meja komputer, rak tv dll. Truk penuh, langsung deh mereka berangkat dipandu sama mas yang ikut di salah satu truk itu. Gw, anak2 n asisten masih tinggal di rumah, beberes yg kudu diberesin. Jam 11-an, salah satu truknya balik lagi, angkat barang2 yg tersisa kayak sepeda, kompor, rak piring, dll. Angkut punya angkut, ternyata gak semua pernak pernik itu masuk ke truk! Ya sud deh, sisanya diangkut si jago merah. Jadi setelah truk berangkat, gw dan pasukan jg menyusul naik si jago merah bersama barang2 yang tersisa. Bersamaan hujan mulai turun rintik2. Aduuh... semoga gak deres dulu deh hujannya. Kesian amat yang nurunin barang di rumah baru, sambil berbasah2an. Blm lagi barang2nya jg jadi ikut basah.

Sampai di cipedak, hujan mulai rada deres. Pas masuk rumah, alamaakk... amburadulnya. Si mas gak tau barang mana kudu ditaro mana. Jadi deh mama berjibaku angkut2 itu barang dibantu si Misah, mas danAfi. Anak-anak sama nenek-inyiknya yang udah nungguin di cipedak. Kira2 satu jam-am, baru mulai keliatan bentuknya itu rumah (emang tadinya gak berbentuk ya?). Maksudnya, tadinya kayak gudang banget krn semua numpuk diruang tengah. Sementara itu, hujan makin deres dan karena garasi blm punya atap, airnya muncrat sampai ke depan pintu dapur. Aduuhh... bener2 deh. Pas banget gitu lho. Pas pindahan, pas hujan gede, pas garasi blm punya atap. Oya, pas airnya juga blm bersih, masih rada bercampur tanah krn blm dipakai rutin. Akhirnya, jam 4, gw dah gerah banget deh. Trus boyong pasukan (minus mas yg masih nemenin tukang pasang tralis) ke rumah nenek buat mandi dan shalat. Sementara itu hujan makin deres aja.

Di LA, setelah mandi dan shalat, tiba2 ada suara keras banget di depan rumah. Kayak benda berat jatuh. Buru2 ke depan. Pas diliat, tahunya ada pohon gede roboh, sodara2. Dari seberang rumah nyokap sampe ke atap garasinya. Yang bikin gw istighfar panjang pendek, batang itu pohon cuma berjarak 40 cm-an dari bagasi mobil alias kalo gw parkir agak belakang sedikit aja, abis deh bagian belakangnya si jago merah. Untung tadi pas parkir, gue punya feeling, parkirnya rada majuan sedikit ah daripada biasanya. Ternyata oh ternyata.... masih dilindungin Allah juga gw. Alhamdulillah.

Setelah hujan sedikit reda, gw ajak pasukan balik lagi ke rumah. Trus sepanjang jalan ke cipedak, kami lihat banyak pohon yang bertebaran juga alias pada roboh. Duuhh... bener2 syukur Alhmadulillah deh gw gak balik tadi pas lagi hujan angin. Apa jadinya kalo kena pohon roboh di tengah jalan? Oya, jalannya juga rada banjir krn sungai meluap. Pokoke seru deh, kayak di pelem2. :D

Dan, akhirnya sampai deh gw di rumah. Tukang dah selesai pasang tralis, bahkan udah masangin tempat tidur juga (tadinya kami kira bakal tidur di lantai beralas kasur aja soalnya udah males aja ngebayangin kudu pasang itu tempat tidur lagi). Makasih yaaa... Trus beres2 sedikit, tau2 nyokap telpon. Katanya rombongan tante-om gw alias adik2nya nyokap mau nengokin, dalam perjalanan. Oke deehhh.... Tunggu punya tunggu, kok gak nyampe2? Ternyata mereka kebingungan gak tau jalan. Setelah gw pandu lewat telepon, sampe juga akhirnya. Ngobrol2 bentar, trus mereka pulang lagi. Sementara kami, setelah itu makan, abis itu tidurrrr.... capek berat.

Esoknya, tukang AC baru dateng dan pasang AC. Acara beres2 dilanjutkan. Dan terus dilanjutkan sampai kira2 1 bulan kemudian, untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hehehe.... Tau dong, bapaknya Reyhan. Gak betah kalo liat ada yang ganjil dikit, maunya diberesin atau dibuang. Jadi ya... beberes lagi. Minggu lalu aja doski masih beberes. Gw minggir aja deh, dengan alasan ada kerjaan film. Hehehe...

Oya, tukang yang mau buat dak garasi dateng 3 hari setelah kami pindah trus mulai kerjain itu garasi. Kira2 2 bulan kemudian, garasi selesai. Habis itu, gw dan mas ngecat garasi dan pagar. Dan sekarang, alhamdulillah semua udah bisa dianggap selesai. Reyhan udah punya kamar sendiri lengkap dengan AC dan TV dan udah tidur di situ juga (walau masih ditemenin bapaknya, jadi udah sekitar 2 bulan-an ini deh gw pisah ranjang. Abis, si Reyhan, walau udah pules tapi kalo bapaknya pindah, dia terus bangun dan ikut pindah juga. Kacau deh). Oya, Reyhan juga udah pindah sekolah. Gak lagi di SDIT pondok Duta tapi udah di Yayasan An-Nuriyah yang deket rumah. Di rumah juga udah ada saluran telepon, thanks to one of my aunts. Tapi internet belom ada krn baru bulan depan speedy punya stock nomor lagi. Doain ya semoga cepet dapet, biar gw gak usah wara wiri ke warnet lagi (oya, foto2 menyusul ya. Soale blm diedit sih). Sekian dulu deh cerita pindahan gw. Doain semoga gw sekeluarga tambah berkah tinggal di sana, banyak kenalan baik dan banyak rejeki. Amiiinn....

Monday, October 29, 2007

Perjalanan Mudik Dilanjutkan

Malem itu, di kamar pojok basement hotel, si mas ngeluh tangannya sakit krn salah tidur malam sebelumnya. Jadilah gue menjelma jadi tukang urut dadakan, ngurutin tangan, bahu dan punggungnya pake balsem. Trus kita semua tidur deh, walau anak2 rada gak nyenyak kayaknya karena udah terbiasa di kamar AC.


Keesokan pagi, siap-siap, cabut dari hotel jam 7 kurang. Kata mas, kok tangannya malah tambah sakit. Nah lho. Sampe2 buat ganti persneling aja mesti pake tangan kanan. Waduh, gaswat deh. Perjalanan masih jauh gini, gimana pula kalo pas di tanjakan nanti? Akhirnya ganti posisi, mobil gue ambil alih. Dan mulailah petualangan baru gue jadi supir angkutan mudik Bandung-Purwokerto.

Awal-awalnya sih gak masalah. Kan langsung masuk tol, trus keluar tol belok kanan arah nagrek. Nah, ini dia nih, yang kemaren macet. Berangkat pagi2 dari hotel dengan harapan gak kena macet. Ternyataaa.... macet jugaaa!!! Gile aje deh, masa jam 7 pagi udah macet. Gak sampe berhenti ti, sih. Masih ada jalannya juga. Tp ya bikin bete juga, apalagi banyak angkutan umum yang main serobot. Trus jalannya nanjak, jadi mesti main kopling. Aduuhhh... gempor deh kaki gw.

Kami baru terbebas dari macet jam 9, setelah lewatin jalan kereta dekat pertigaan nagrek-sumedang. Jadi ternyata penyebab macetnya itu ya si jalan kereta itu. That's it! Ih, nyebelin banget. Kirain ada apaaa... gitu. Dan fyi, kemacetan itu selalu berulang setiap tahun. Kenapa juga gak dicari alternatif solusinya ya? Pindahin kek jalan keretanya, ato malah jalan rayanya sekalian.

Lepas dari rel kereta, jalan lumayan lancar. Jalannya juga rada mulus, walau di beberapa tempat rada bergelombang. Gue malah sempat tarik-tarikan sama pengemudi mobil lain.
Nasib keluar kota naik mobil tua, supir lain bawaannya gerah aja liat mobil gw. Dikirain gak mampu lari. Padahal pas mereka dah deket dibelakang gw, trus tu mobil gw geber, ternyata mereka malah ketinggalan juga kok (ini dialami oleh mobil kijang yg berkali-kali coba nyalip tapi malah ketinggalan terus akhirnya pasrah ngebuntutin gw sampe gw masuk pom bensin. Hihihihi....)

Jam 11, mampir sebentar di restoran, istirahat n makan siang (supir mo ngaso dulu, euy). Mertua telpon, dah sampe mana? Kata suami, ciamis. Ooohh... deket dong. Paling 2 jam lagi sampe. Hhhmmmm... Setengah jam kemudian jalan lagi. Trus gw bilang, sebenernya kita udah dimana sih? Kata suami, lha tadi di restoran katanya daerah ciamis. Setelah jalan beberapa lama, baru keliatan selamat datang di Tasikmalaya. Ealaaahh... belum sampe kota ciamis. Tapi baru termasuk kabupatennya. Jadi prediksi tinggal 2 jam lagi itu gugur, sodara-sodara.

Tancep gas terus, tarik-tarikan lagi sama avansa dan jeep (apa ya merk-nya? Gak jelas, konsen ke jalan sih). Kali ini gw mengaku kalah (ya iyalah. Ntu mobil keluaran thn lalu, mobil gw 20 thn lalu). Anak-anak yang di awal perjalanan kebanyakan tidur, sekarang mulai rese'.
Dikit-dikit berantem, dikit-dikit berebut. Trus yang kecil nangis. Yang gede dimarahin. Pusiinggg... pusing. Belom lagi yang gede bulak balik tanya, berapa lama lagi ma? Gw bilang, 2 jam lagi. Setelah lewat 2 jam gak nyampe juga, dia tanya terus, katanya 2 jam lagi, ma? Kok blm sampe? Gw bilang kan kata tadi mama Insya Allah. Ternyata meleset, ya mungkin 2 jam lagi deh. Dia protes, masa tambah 2 jam lagi? Gw bilang, kan mama gak bisa nentuin kondisi jalan. Trus dia sok ngasih nasihat, makanya jarumnya (speedo meter maksute) di angka 100 aja ma. Wakkss! mo masuk jurang apa? (Buat yg gak tau kondisi jalan ciamis-majenang, itu penuh lika liku laki-laki, eh lika-liku modelnya jalan menuju bandung lewat cikampek. Gak kyk jalan puncak banget sih, kl itu kan terlalu jurangnese ya...). Belom lagi kalo di depan ada iring-iringan rombongan mudik naik motor. Atau angkutan umum yang bisa berhenti tiba-tiba. Pokoke siaga satu aja deh.

Jam 1 lewat, masih di ciamis. Jam 2, mulai keliatan tulisan-tulisan cilacap dan banjar. Alhamdulillah, dah deket. Reyhan yg duduk di sebelah gw terus ngitungin jam (60 menit lagi ya ma? Ya, Insya Allah). Masuk jam 3, blm juga sampe purwokerto. Wadooowww.... gw udah 8 jam minus 30 menit nyetir neeehhh... Kaki dah mulai ngilu. Tapi trus ada tulisan di pertigaan, Purwokerto 9 km lagi. Gw langsung tereak, 9 kilo lagi, Han. 9 kilo itu berapa lama, ma? Dia tanya. Yah, kamu itung aja deh sendiri :D

Jam 3.20, masuk daerah purwokerto. Alhamdulillah, alhamdulillah.... Akhirnya sampe juga sebelum gw semaput. Setelah mampir ke apotek sebentar (nyari voltaren buat tangan si babe), akhirnya jam 4 kurang kami sampe depan rumah mertua. Fiuuhhhh..... Turun mobil, dengkul gw lemes plus ngilu. Tangan juga gemeteran. Kata-kata hiburan dari suami, selamat mama, dah lulus tes nyetir, bisa dapet sertifikat nyetir jarak Bandung-Purwokerto ;-P

Jadi hari senin itu, sampe di Purwokerto. Istirahat semaleman. Mertua manggilin tukang urut buat ngurutin tangan mas. Gw jg mo dipanggilin tukang urut, tp gak ada. Baru bisa besok. Ya udah deh, ini malem istirahat ajah. Udara yang rada gerah gak terlalu kerasa juga buat anak2, langsung pada tewas karena kecapekan.

Besokannya, pagi2 tukang urut dateng. Lumejen, walopun gak terlalu sip ngurutnya. Siangnya, kakak sulung suami yg mertuanya di Bobotsari gak jauh dari situ, dateng sekeluarga (waktu sampe kemaren, kakak no.2 dan 3 juga dah ngumpul sih sama keluarga masing2. Jadi dah lengkap deh ketemu semua lebaran ini). Diantara sodara yang laen, Reyhan-Izza paling klop sama trio anak kakak sulung ini, jadi mereka maen bareng deh. Ini foto2nya:





Oya, hari itu kakak no.2 sekeluarga pulang ke jakarta. Sorenya, kakak sulung balik ke rumah mertuanya, krn esoknya mau pulang ke surabaya. Sementara, kami juga mo pulang ke Jakarta. Lihat di TV sih hari itu jalanan macet banget. Mudah-mudahan besok gak macet deh.

Besoknya, jam 7 pagi, ciao dari Purwokerto. Kali ini si mas yang udah 2 kali dipijet yang nyetir (Please don't ask me to do it again. Once is enough). Langsung menuju nagrek, krn berencana nginep di bandung lagi (kl ini buat pelipur lara yang kemaren). Majenang lewat, Ciamis lewat, Tasikmalaya lewat, jalanan cukup lancar. Tibalah di dekat nagrek. Dan ternyata, macet lagi macet lagi. Dan jalan pulang ini tanjakannya lebih cihuy dari jalan perginya. Udaranya sama panasnya kayak waktu berangkat. Pusiiingg deh kepala, walaupun gak jadi supir. Terus macet sampe di pertigaan deket rel kereta itu, tp kl ini kita gak boleh lewat nagrek karena kata polisi macet total. Jadi kami disuruh lurus ke arah sumedang. Di situ udah jam 2 (gak pake istirahat tuh si mas. Susah juga mo berhenti, kejebak macet gitu). Ya udah, terus ke sumedang. Untung udah dibekalin makanan sama mertua, jadi makan di mobil deh. Ternyata lewat sumedang, macet juga. Wadoh, gimana sih ini? Jalannya lebih kecil, berliku2 dan rada tersendat-sendat. Jadilah 2 jam sendiri di situ, baru sampe Sumedang. Di sumedang dipaksain berhenti, istirahat sebentar beli minuman dingin daannn... tahu duoongg.... Beli sekeranjang langsung dilahap abis berdua (reyhan cuma makan dikit, adek gak mau sama sekali. Gak doyan mereka). Lumayan deh, ngilangin bete. Aduuhhh.... rasanya itu tahu terenak yang pernah gw makan. Seger banget, gurih, masih anget pula dari penggorengan. Tahu jepang sih kalah jauh. I love tahu sumedang (coba gw tinggal di sana, tiap hari makan tahu deh). Trus jalan lagi, ngelewatin IPDN on our way to Bandung. Kata mas, ooohhh... itu toh yg namanya IPDN. Keren juga ya? Ya keren lah, wong dibiayai negara toh (walopun sayangnya malah terkenal karena hal yang negatif).

Akhirnyaaa... jam 5 kurang dikit, masuk pintu tol cileunyi. Keluar di tol pasteur. Di sini baru mama ambil alih kemudi, krn si bapak dah gak ku ku (rekor baru, 10 jam minus 10 menit nyetir. Cihuy kan?). Selain itu, mama lbh paham jalan2 bandung. Keluar tol, langsung belok kiri ke arah sarijadi karena rencananya mo nginep di lembang. 20 menit kemudian, kami dah masuk pelataran hotel Gumirang sari di lembang. Hotelnya nyaman, ada kolam renang. Dapet breakfast model buffet pula. So lumayan jadi pelipur lara perjalanan deh.

Sayangnya, malem itu anak2 dan bapak pada demam. Kecapekan. Gw gak demam, cuma
sakit tenggorokan (sama wae, alamat mau pilek juga). Padahal anak2 dah gatel banget liat kolam renang, pingin langsung nyebur aja. Setelah dibilangin, mau juga ditunda besok paginya. Besoknya, habis sarapan yang lumayan meriah, anak2 gak bisa ditahan lagi, nyebur bur ke kolam. Gw nyusul nemenin, krn si babe gak berani nyebur masih demam. Tapi itupun gak lama, karena anginnya dingiiinnn walau matahari cerah (lembang, gitu lho). Ya udah, beres2, jam 11 cabut dari hotel. Sempet mampir ke BIP dulu krn si kakak pingin cari ikat kepala naruto (I thought di situ ada krn dulu kyknya ada toko yg jual pernik unik di situ. Ternyata tokonya udah gak ada dan BIP sekarang dah jauuuuhhhhhh banget bedanya dr jaman gw kuliah dulu. Wiiihhh... selama ini kalo ke bandung emang gak pernah mampir ke BIP sih). Ya udah, makan siang bentar, jam setengah satu cabut deh dari bandung. Jam 1 masuk tol pasteur. Syukur alhamdulillah jalanan lowong. Jam 3 keluar di pintu tol LA (memang seharusnya cuma 2 jam jakarta-bandung sekarang krn kan dah ada tol2 itu). Dan sekitar jam setengah 4 sampe deh di rumah. Senangnyaaa..... Home sweet home.... Dan setelah itu semua tewas dengan sukses. Anak2 sampai hari ini masih batuk pilek. Untung gw sama mas dah sembuh.

Yah, begitulah cerita mudik kami. Ada senangnya, banyak sebelnya. Oya, tambahan informasi, baru tahun ini kami lakukan perjalanan begini karena sampai dengan tahun lalu, mertua masih tinggal di tebet! Dulu2 seneng banget kalo lebaran, tinggal ke tebet dan lenteng. Malah gw nyelametin orang2 yang pada hiruk pikuk mudik ke kampung. Aduuh... selamet deh, bermacet-macet, berpanas-panas. Ealaaahh....tahun ini kena tulahnya. Ternyata mudik itu beraaadddd sodara2. Berat di perjalanannya, berat di ongkos, berat efeknya. Tapi kok ya pada doyan? Gak ngerti tuh. Tahun depan? Blm tentu deh ngelakonin lagi. Kayaknya lbh praktis kl si mertua yang diboyong aja ke jakarta karena 4 dari 6 anaknya tinggal di jakarta (sebenernya 2 bulan lalu jg mrk baru nginep di rmh gw siy, trus minggu depan mo ke jakarta lagi). Dan sebenernya juga silaturahmi gak mesti pas lebaran kan ya? Bisa di lain waktu, malah mungkin jadi lebih afdol karena gak kena kemacetan panjang yang bikin dongkol, kebut2an sambil bersumpah serapah, yang efeknya mengikis keikhlasan, kesabaran dan makna lebaran itu sendiri. Betul gak? (Kalo gak setuju, jangan marah2 ke gw ya... inget, masih lebaran. Hihihihi....)

Perjalanan Mudik part 1

Pasti tau lagunya Ebiet G. Ade yang kayak gini dong ya:

Perjalanan ini, terasa sangat menyedihkan.
Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan.
dst, dst.

Nah, gimana kalau kata ini gw ganti dengan kata 'mudik' hingga lagunya jadi kayak judul posting di atas? :D (silahkan nyanyiin sendiri yaa...).

Begini ceritanya.

Kami merayakan lebaran hari Sabtu. Karena tahun lalu ayahnya nyokap (alias kakekku tercinta) dah meninggal dunia, jadi tahun ini adik2 nyokap sepakat ngumpul di rumah nyokap. Padahal adik gw seorang dah janji sama istrinya mo pulang kerumah ortunya H-1, jadilah cuma nyo-bok dan gw sekeluarga yang jadi tuan rumah para tante, om dan sepupu itu. Gw sih gak keberatan, secara emang demen kumpul2 ama mereka gitu lho. Masalahnya, suami yang ortunya baru pindah tahun lalu ke Purwokerto (banyak kejadian emang tahun lalu itu. Kakek meninggal, mertua pindah ke purwokerto) pingin juga ke tempat bokapnya. Maklum lah, namanya jg lebaran. Trus, abangnya ngajakin pergi abis shalat Ied. Yaaa... nggak mungkin kan? (lihat alasan diatas). Jadilah disepakatin kami berangkat sendiri di H+1 (which accidentally juga adalah hari ultah gw).

Dari H-2 gw dah sibuk bikin 4 kue coklat guede. 2 pesenan adek ipar, 1 buat nyokap dan 1 lagi buat dibawa ke purwokerto. Pagi itu, pas belanja, Reyhan liat kulit ketupat trus minta dibikinin ketupat. Sumpah, seumur-umur gw blm pernah bikin ketupat sendiri (duluuuu sih sering bantuin nyokap waktu gw SD-SMA, tp selalu dibawah strict supervision. Gak pernah boleh ngisi ketupat sendiri). Tp gw inget kok pesen beliyaw, ngisi kulitnya setengah lebih dikiiittt... Jadilah, dgn baca bismillah, gw lakonin jg bikin ketupat. Gak banyak sih, cuma 20. Yang gw gak sadar, ternyata ngerebus ketupat itu makan waktu 3,5 jam bo'. Ealaaahhh.... tau gitu gak bikin deh. Tapi apa boleh bulat, ketupat dah diisi. Ya udah, lakonin aja. Jadi H-1, gw bikin ketupat, sayur pepaya dan opor ayam buat dimakan sekeluarga (makanan wajib aja sih). Dan alhamdulillah, gak ada yang gagal alias sukses semuanya walopun berjibaku ngerjain sendiri tanpa bantuan siapapun!

Besoknya, pas lebaran, habis shalat Ied dan silaturahmi sama tetangga, kami ke rumah nyokap. Dan yang aneh tahun ini (seperti kata Vita), lebaran tahun ini macet dimana-mana. Jadi aja para sodara2 itu baru nyampe rumah jam 1. Tuh kan, coba kalo berangkat bareng kakak ipar, alamat gak ketemu mereka deh. Itupun mereka gak lama2, karena kudu lebaran ke sodara2 yang laen. Jadi deh, pulang ke rumah jam 5.

Malemnya, waktu mau beres2 buat berangkat besok pagi, adek bungsu mas telpon. Katanya anaknya kena DB, diopname di rumahsakit. Ya Allah, ada aja ya? Jadi deh langsung ke RS, krn si adek nelponnya sampe nangis2 gitu. Pas sampe di sana, ternyata ada adiknya yang satunya sekeluarga. Ya udah, sekalian lebaran. Mrk gak ke purwokerto tahun ini, krn anaknya adik bungsu di rumah sakit dan adik satunya punya bayi umur 1 bulan (how I envy them :D).

Ngobrol wara wiri, pulang sampe rumah jam 9. Langsung beberes serabutan, kelar jam 11 malem. Paginya, rencana berangkat jam 6, apa daya bangun aja udah jam setengah 6. Belum beresin rumah yang berantakan. Belum nyiapin anak2 dan bekal2. Akhirnya, jam 9 baru beres. Pas mau jalan sekitar jam 10, bokap telpon, minta mampir dulu karena mobilnya mogok jadi perlu di jump-start (kebetulan kita punya kabel sambungannya). Jadi aja, mampir dulu ke LA. Bener2 jalan dari LA menuju Purwokerto jam 11.

Perjalanan dari LA ke tol cikampek lumayan mulus, thanks to tol cikunir yg baru buka. Tapi pas deket cikarang, muaceeetttt... banget. Hampir gak bergerak. Padahal udaranya puanaaasss banget. Kenapa sih? Ternyata ada bus mogok ditengah jalan. Astaganaga banget dah. Sampe di Bandung selatan jam 2.30. Untung ada tempat peristirahatan, jadi bisa makan dan shalat dulu. Pas liat bagasi, ya ampuuunnn... kotak akuarium kura-kura masih ada (rencananya mau dititip di LA). Dan para kuranya udah tewas dengan sukses. Kepanasan kayaknya di bagasi itu. Kasihan kura2ku. Jadilah mereka dimakamkan di bawah salah satu pohon di rest area itu.

Satu jam kemudian, jalan lagi. Keluar tol Cileunyi, belok kanan ke arah nagrek, gak jauh dari situ kena macet lagi. Macet cet, gak bergerak. Sampe jam 5, akhirnya mas mutusin buat balik aja, nginep di bandung. Krn kl diterusin pun pasti sampe di purwokerto sekitar tengah malam, padahal kami gak hapal jalannya. Drpd celaka, mending istirahat dulu deh.

Jadilah kami balik badan ke Bandung, cari hotel. Muter2 nanya beberapa hotel di bandung selatan, penuh semua (iyalah, malem minggu). Akhirnya ketemu satu hotel yg masih punya 1 kamar kosong, tanpa ba bi bu langsung ambil (walopun ternyata kamarnya ada di basement dan gak pake AC pdhal harganya lumejen). Gw cuma bisa ngelus dada. Sabar.... sabar... And it was my birthday. What an unforgettable birthday present!

to be continued (lanjutannya lebih seru lagi :D)

Saturday, September 29, 2007

Harus DELAPAN ya?

Ini rules-nya ya:

1. Each blogger must post these rules

2. Each blogger starts with eight random facts/habits about themselves

3. Bloggers that are tagged need to write on their own blog about their eight things and post these rules. At the end of your blog, you need to choose eight people to get tagged and list their names.

4. Don’t forget to leave them a comment telling them they’ve been tagged and to read ur blog.

Selamat menikmati! ;)

Kebagian juga akhirnya si delapan ini, padahal udah nunduk-nunduk ngeles, eh, ketempel juga. Hehehe....

Bicara soal facts/habits ya? hmmm.... banyak sih, tp malu ati aja deh kl dikeluarin semua. Ya udah, yang ini aja deh:

1. Doyan tidur.
Entah kenapa, dari dulu tidur ini selalu jadi problem saya yang paling besar. Kayaknya ada ini badan udah punya jam biologis deh, kalo tidurnya kurang dari 8 jam sehari ya udah, alamat gak optimal deh performance-nya. Tapi paling parah kalo lagi hamil. Dua kali hamil, dua kali juga jadi demen banget tidur. Waktu kehamilan ke-2 sih lumayan, karena dah gak ngantor jadi hayu aja tidur siang mulu. Lha waktu yang ke-1, mana penganten baru, mana ngantor dari pagi ampe sore. Ya udah, alamat tidur di meja deh. Ato nyari pojokan buat merem, krn kantornya model open house gitu (ya nggak, Di?). Eeeehhh... malah diledekin dibilang kebanyakan begadang, maklum penganten baru. Lha aku-nya yg bingung, wong nggak jg kok, tp bawaan ngantuk aja. Krn emang gak tau bhw begitulah salah satu ciri2 orang hamil. Bloon ya? Hihihihi...

2. Paling nggak bisa ditantang.
Beberapa waktu lalu, Suci, temen dari internet, posting tulisan tentang killer statement. Pas saya baca, wah, ini sih gw banget. Maksudnya, saya sering sekali(merasa) menerima statement-statement seperti itu. Bahkan kalo dipikir-pikir, hidup yang saya jalani sekarang terbentuk oleh tantangan seperti itu. Contohnya, dulu waktu SMP, saya paling oon bahasa Inggrisnya. Terus terang, sebelum masuk SMP, saya sama sekali tidak pernah berinteraksi dengan bahasa Inggris. Begitu masuk SMP, dapet guru yang killer. Sebenernya sih nggak galak, manis malahan si ibu itu (Dia paling suka buat contoh soal pakai nama anaknya, Hilman dan Izza. Jadilah sekarang si adek punya nama panggilan Izza). Tapi bu guruku itu orangnya tegas. Dan kebiasaannya adalah (ini dia nih) membagikan ulangan dengan memanggil murid satu per satu ke depan kelas mulai dari yang dapat nilai paling tinggi sampai yang paling rendah! Jadi gini, "Sembilan. Budi, Anto, dst. Delapan. Tina, Dodi, dst.. dll. Nah, kebayang kan kalo udah sampe angka 5 tapi nama kita belum keluar? Awal2nya saya sebeeelll dan stresssss banget kalo mau ulangan bahasa Inggris. Tapi akhirnya saya jadi terpacu belajar. Iya lah, siapa juga yang mau dikasih label 4 melulu? Akhirnya, slowly but surely, label saya mulai merangkak naik. 6, 7, 8. Dan sekarang, alhamdulillah, bahasa Inggris sudah bisa saya jadikan sarana mencari nafkah :D. Setelah itu, pilih jurusan Fisika juga karena tertantang guru fisika SMA yg kyknya kok gak nganggep banget ya sama gw? Dan yang terakhir, bisa bikin dan ngehias kue karena pernah dibilang gini sama salah satu istri petinggi di kantor (waktu saya bilang saya cuma bisa bikin brownies, padahal waktu itu udah laku dijual juga sih browniesnya): "Ah, brownies sih bukan kue. Orang yang nggak bisa masak juga bisa bikin itu". Dan jadilah sekarang saya bakul kue!

3. Gak sabaran.
Orang-orang dekat,temen dekat, terutama yang pernah sekantor atau sesekolahan, pasti udah hafal sekali sama karakter saya yang satu ini. Saya tu impatient, paling nggak suka nunggu, apalagi kalo yang ditunggu tidak memberi kejelasan (apa hayo maksudnya?). Makanya syukur alhamdulillah saya dapat suami yang sabar. Paling tidak kan bisa jadi penetralisir ketidak-sabaran saya. Tapi sekarang, saya harus merubah karakter yang satu ini. Iyalah, gimana mau ngehadapin anak-anak kalo saya tidak bisa sabar menghadapi kenakalan mereka? Jadi, kayaknya, setelah menikah, terutama setelah punya anak, sifat saya yang satu ini udah mulai banyak berkurang (iya nggak sih, Mas? Tuh lihat, bapaknya si Reyhan nyengir2 aja. Pasti dia mau bilang, masa' siiihh? Hehehe...)

4. Suka naik sepeda.
Ini salah satu sifat yang sangat menguntungkan buat saya. Syukur alhamdulillah saya suka sepeda, jadi waktu harus tinggal di negara yang transportasi utamanya adalah sepeda, saya sangat menikmatinya. Bersepeda buat saya jauh lebih mengasyikkan daripada naik turun mobil (dengan catatan, naik sepedanya di jalan yang jarang dilalui mobil dan tidak ada metromini atau mikroletnya). Di rumah, sepeda stasioner adalah alat olahraga favorit saya. Bahkan waktu kost di Bandung, saya pernah sembunyi-sembunyi memakai sepeda stasioner bapak kost (dan ketauan sama anaknya bapak kost. Untung orangnya asik, jadi gak dilaporin ke ortunya). Saking getolnya pake sepeda stasioner, adik saya semata wayang pernah komentar waktu melihat di TV alat peluruh padi yang memakai pedal seperti sepeda. Dia bilang begini "Tuh, mendingan bantuin pak tani itu ngerontokin padi, daripada berjam-jam genjot sepeda gak sampe kemana-mana".

5. Suka coklat.
Lha ini, karakter yang bikin tambah bersyukur ada poin nomor 4 tadi. Buat saya, chocolate is everything deh (walaupun saya suka keju juga, tapi saya jauuuuhhhh lebih suka coklat). Ada tanggal-tanggal tertentu (yg cewek pasti ngerti deh) di mana saya harus makan coklat. Kalo nggak ketemu coklat, bawaannya kesel, bete aja. Tapi begitu udah makan, walau sedikit, jadi tenang, santai. Gile gak sih? Awalnya saya jualan kue juga karena suka coklat ini. Kalo beli melulu, bobol kantong tokh. Kalo makan sendiri, ntar gendut sendiri. Jadi mending sekalian aja ditawarin ke orang-orang. Eeehh.. ternyata orang-orang juga suka. Ya udah, klop deh.

6. Un-organized.
Karakter ini paling bertolak belakang sama suami. Dia rapi jali, sementara saya sembrono sekaleee.... Walaupun saya sudah bertahun-tahun (ya, 8 tahun kan bisa ya dibilang bertahun-tahun) jadi istrinya, tapi kok ya tetep aja ya susah ikutin jadi rapi. Naga-naganya malah dia yang ikutan sembrono, tapi tetep aja saya yang juara. Akibatnya, banyak kehilangan macam-macam, yang paling parah kalau kehilangan surat-surat penting. Tapi itu bukan salah saya juga kok. Selama ini kan kami boleh dibilang hidup nomaden, pindah2 terus. Jadilah banyak dokumen yang terselip sana sini. Sekarang aja nih, saya masih sibuk mencari 2 album foto kenangan. Satu yang di SMA, satu lagi yang kuliah. Entah nyelip dimana, padahal album foto, gitu lho. Guede dan tebeeelll. Kok bisa ya, ilang?

7. Lebih suka cuaca dingin daripada panas.
Ini juga kebalikannya si bapak. Sebenernya sih prinsip saya simpel aja. Kl kedinginan kan kita bisa pakai pakaian berlapis-lapis. Apalagi saya pake jilbab, paling tidak udah ada pelindung pakaian yang tertutup rapat. Lha kalau panas, masa mau dilepas semua pakaian itu? Pun kalo saya tidak wajib pakai jilbab, tetep saya nggak mau lepas baju kalau kepanasan. Hare genee... radiasi ultra violet sinar matahari udah banyak banget, bisa-bisa kena kanker kulit kalau banyak-banyak mandi matahari. Belum lagi kulit yang jadi gosong, penampilan jadi kurang sip. Aahhh... banyak deh alasannya kenapa saya lebih pilih dingin dari panas. Akibatnya, saya juga jadi lebih suka tempat tinggal yang sejuk daripada yang panas. Seperti bandung, misalnya. Atau jepang waktu winter, spring dan autum (kalo musim panas sih ogah ah. Apalagi di tokyo. Lebih panas dari jakarta, gitu lho. Kalo di pegunungan kayak kusatsu, gunma sih mungkin masih oke, mirip2 bandung). Daaann.... saya jadi demen tinggal di negara dengan 4 musim, apalagi yang musim panasnya sebentar. Hayo... siapa yang mau ajak saya pindah ke negara seperti itu? Ke Kanada, misalnya *ngedipin Yeni*. Atau New Zealand? Hehehe....

8. Gak bisa diam.
Saya paling susah kalo lagi nggak punya kerjaan (kalo lagi nggak punya duit juga susah sih, tapi kalo masih ada kerjaan kan setidaknya ada harapan buat dapet duit, tokh?). Makanya waktu di Jepang saya coba-coba bikin kue. Makanya waktu pulang dari jepang dan belum berani terima pesanan kue, saya ikut kursus menyulam pita (walaupun belum pernah dipraktekkin sampai sekarang). Pokoknya, saya harus punya kegiatan. Kalau saya tidak punya kegiatan, saya akan cari sesuatu yang menyibukkan saya. Karena kalau saya diam-diam saja, buntut-buntutnya jadi stress dan uring-uringan. Lebih baik badan pegal-pegal tapi hati riang daripada duduk diam tanpa kegiatan. Setuju?

Dilempar ke siapa ya? Si Mas pasti nangkis. Mana mau dia nulis yang kayak gini? Ya udah, temen-temen aja deh:
1. Rita bellnad,
2. Lintang,
3. Suci,
4. Vita.

Hayo, dikerjakan ya pe-ernyaa....

Tuesday, September 25, 2007

Korban Kartun


Di TV swasta, baru diputar film wonderpets. Tentang binatang peliharaan yang bisa jadi pahlawan super, makanya dikasih nama wonderpets. Aslinya marmut, kura-kura dan anak ayam/burung itu peliharaan anak-anak si suatu TK.

Di rumah, suatu hari, anak tetangga bawa main anak ayam barunya. Entah kenapa, dia lupa bawa pulang. Jadilah si anak ayam pitik itu nginap di rumah. Pagi-pagi, waktu mama mau ke belakang, nyaris kesandung kotak tempat tidur anak ayam yang ditaruh berbaris sama kotak akuarium kura-kura. Siapa yang turunin kotak air kura-kura dari tempatnya bertahta di atas sana sampai ada di depan pintu dapur?

Mama: Reyhan yang nurunin kura-kura?
Reyhan: He-eh.
Mama: Kenapa?
Reyhan: Biar aja, Mama.
Mama: Ya tapi buat apa?
Reyhan: Supaya dia kenalan sama anak ayamnya.
Mama: Kenalan? *Bingung
Reyhan: Iya, ntar main bareng kayak di Wonderpets.
Mama: Gubraks *pingsan.

Foto dari nickjr.com

Saturday, September 15, 2007

Hikmah Ramadhan

Setiap datang Ramadhan, rasanya senang sekali. Mungkin ini tidak aneh, saya raya hampir semua orang Islam merasakan hal yang sama. Tapi buat saya pribadi, itu karena bulan Ramadhan adalah kesempatan terbaik untuk mendekatkan diri pada Allah, sampai saya merasa seakan kita bisa bermanja-manja pada Nya. Seakan Dia turun dan merengkuh saya, bertanya apa kesulitan saya. Lalu saya menumpahkan semua uneg-uneg dan kesulitan saya untuk dicarikan jalan keluar. Tak lupa, saya juga mengajukan beberapa permohonan. Dan percaya atau tidak, hampir semua permohonan yang saya minta di bulan Ramadhan dikabulkanNya.

Awal dari semuanya adalah waktu saya di SMP. Sebelum-sebelumnya, bulan Ramadhan tidak terlalu berarti buat saya, selain kegembiraan menunggu lebaran karena berarti uang jajan berlimpah dari semua om, tante, dan kakek :D (Hayoo.... yang punya pengalaman sama tunjuk tangan). Waktu di SMP itu, iseng-iseng saya berdoa pada Allah (halah, berdoa kok iseng-iseng) meminta sesuatu. Tapi permintaan itu saya ajukan secara spesifik dan sungguh-sungguh, karena memang waktu itu, hal itulah yang paling saya inginkan. Setelah Ramadhan lewat, sayapun lupa dengan permohonan saya. Sampai pada suatu hari, ealaaah.... permohonan saya terkabul! Saya takjub sekaligus senang. Lalu saya buat kesimpulan sederhana, kalau ingin sesuatu, berdoalah di bulan Ramadhan.

Teori ini saya praktekkan lagi waktu saya kelas 3 SMA. Saya berdoa sepenuh hati, bersujud kepada Allah, memohon supaya saya bisa lulus SMA dengan nilai yang baik dan lulus UMPTN juga. Dan Alhamdulillah, ternyata benar adanya. Kejadian ini, ditambah pesan dari ibu saya yang intinya kalau kita berdoa itu sebaiknya yang spesifik, semakin menambah keyakinan saya mengenai mukjizat Ramadhan.

Setelah itu, berturut-turut doa saya di bulan Ramadhan dikabulkan Allah. Saya bisa menyelesaikan kuliah dengan baik, lulus dengan waktu relatif cepat (padahal sebelumnya saya pesimis sekali bisa selesai tepat waktu). Lalu mendapatkan pekerjaan, dan yang terutama... mendapatkan jodoh. Yang terakhir ini termasuk kejutan buat saya, karena sebelumnya saya sama sekali tidak punya gambaran siapa yang akan jadi suami saya sebelumnya walaupun teman pria saya banyak (bukan pacar ya. Saya gak pernah pacaran sebelum ketemu orang yang akhirnya jadi bapaknya anak-anak ini).

Saya ingat sekali, tahun 99 itu, Ramadhan jatuh sekitar bulan januari-februari. Waktu itu entah kenapa (cailee... entah kenapa) ada lumayan banyak cowok yang sedang pdkt sama saya. Tapi cuma 1 orang yang rada sreg. Bukaaan.... bukan si bapak. Sebut saja si X. Dia mantan kakak kelas di SMA, tapi sebelumnya kami tidak pernah in touch. Silaturahmi terjalin jarak jauh lewat internet, karena dia memang sedang melanjutkan studi di negara lain. Walau begitu, saya gak mau gegabah bilang itu orangnya. Seperti biasa, saya pilih konsultasi sama Allah lewat sujud saya. Tapi saya sudah menetapkan, tahun ini saya ingin ketemu jodoh (karena waktu itu umur saya sudah 25 tahun). Jadilah selama bulan Ramadhan itu, saya berdoa sekuat-kuatnya memohon agar Allah berkenan mempertemukan saya dengan jodoh saya. Gak lupa, saya cantumkan kriteria orang yang saya inginkan untuk jadi suami. Yang soleh, pintar, sabar, baik hati, dst, dll (kalo mau tahu kriteria lainnya, amati aja deh suami saya. Gak melenceng jauh kok dari situ. Hehehe).

Selesai Ramadhan bulan februari, tiba-tiba bulan April ada yang ‘nembak’ saya. Bukaaann…. Bukan si bapak juga. Hehehe…. Dia mantan teman kuliah, tapi sumpah seumur-umur saya gak pernah tau bahwa dia naksir saya, bahkan sudah lama. Selama ini hubungan saya sama dia sama aja seperti dengan teman-teman lain. Belum lepas dari kekagetan, tahu-tahu ada yang ajak kenalan di kantor. Naaahh… yang ini baru bapaknya Reyhan. Hihihi…. Sebenarnya gak cocok juga sih kalo dibilang kenalan, karena kami sudah setahun kerja bareng di sana (saya masuk situ tahun ’98). Tapi terus terang gak pernah ada interaksi, karena dia itu pendiam banget. Gak pernah ngomong ke saya, ketutup sama obrolan teman-teman yang lain. Bahkan saya gak ngira dia tahu kalau saya itu exist :D. Ternyata eh ternyata, dia sudah amati saya sejak saya baru masuk setahun lalu.

Kalau yang lain modelnya pake muter-muter, basa basi dulu, si bapak ternyata menganut kepercayaan tembak langsung. Jadilah saya tambah kelabakan. Saya sih inginnya semuanya penjajagan dulu, biar saya bisa santai nentuin yg mana yg paling cocok (bokis gak sih? Gak mau rugi ceritanya. Tapi wajar kan ya? Wong kita mau nentuin pasangan hidup kok. Sah2 aja kan, milih2?). Tapi ternyata si Mas gak mau model gitu. Buat dia, now or never. Akhirnya saya minta waktu buat shalat, minta petunjuk sama Allah. Selama berdoa itu, saya kok jadi ingat cerita ibu saya. Dulu beliau juga kayak gitu, dideketin banyak cowok, tapi semua dianggap angin sampai tiba2 datang ayah saya yang langsung nanya, ini mau serius apa main2? Dan dijawab sama nyokap, mau serius ayooo… main juga ayooo.. Hehehe (dasar emang si nyokap). Tapi dari pertanyaan itu, bokap udah dapet satu poin plus dibanding kandidat yg lain. Nah, kok kisah saya ini kyknya mirip2 ya… Dan ternyata, setelah shalat pun, hati saya condong ke dia. Lupakanlah kenyataan bahwa hanya dia kandidat yg saya sama sekali tidak tahu apa-apa tentangnya. Saya ikutin kata hati (dan petunjuk Allah) itu. Alhamdulillah setahun berikutnya, April 2000 saya menikah. Terkabul deh doa Ramadhan itu.

Doa Ramadhan berikutnya saya tujukan untuk anak yang waktu itu sedang ada dalam kandungan saya (sedang hamil 8 bulan). Saya berdoa minta anak yang ganteng, pintar, soleh (sayangnya saya lupa minta karakter sabar. Hehehe…). Alhamdulillah, dikabulkan. Lalu, 2 tahun berikutnya, saya berdoa jungkir balik minta Allah bantu suami saya supaya dapat beasiswa (karena saya sebetulanya sudah gak betah di kantor tapi gak punya alasan yang cocok buat quit). Ternyata dia lulus seleksi penerima beasiswa ke jepang.

Tahun berikutnya, saya cerita ke sepupu soal doa bulan Ramadhan ini. Dia waktu itu belum menikah, tapi umurnya sudah 24 (atau 25 ya? Lupa deh). Terus dia bertekad akan melakukan juga. Tahun berikutnya lagi, beberapa bulan menjelang Ramadhan, waktu saya sudah di jepang, saya dapat email dari dia. Mengabarkan dia akan menikah sebentar lagi. Alhamdulillah, memang Allah maha Mendengar doa hambanya. Sekarang, putra pertama mereka sudah berumur setahun lebih :).

Mukjizat itu masih terus berlanjut. Suami bisa sukses menyelesaikan penelitian dan tesisnya. Lulus tanpa revisi. Setelah kami kembali ke Indonesia, doa berikutnya adalah supaya kami bisa memiliki rumah sendiri, yang sudah kami idam-idamkan sejak lama. Alhamdulillah, sekarang sudah selesai dibangun dan Insya Allah bulan depan kami akan pindah rumah (belum sempet posting foto-foto rumah nih. Nanti deh).

Target berikutnya, ada sih beberapa hal yang saya ingin pintakan pada Allah, tapi itu gak usah dibuka di sini ya. Sejauh ini, saya rasakan Allah sangat sayang pada saya dan keluarga kami. Dan itu gak cuma berlaku buat saya saja. Saya yakin, seyakin-yakinnya, teman-teman juga bisa mendapatkan hal tersebut. Kuncinya sederhana, berdoa dengan sepenuh hati dan iklas. Yakin bahwa Allah sayang pada kita, karena kalau kita dekatkan diri pada Allah, dia akan lebih mendekat lagi pada kita. Dan Allah sesuai dengan perasangka kita. Kalau kita merasa dimusuhi Allah, maka begitulah jadinya. Dan kalau kita merasa dicintai Allah, maka Allah akan berlipat kali mencintai kita. Awalnya suami agak pesimis soal doa-doa ini, krn merasa jarang diterima doanya. Tapi berkat komporan terus menerus, akhirnya sekarang dia juga menganut prinsip yang sama. Oya, dalam berdoa kita juga harus ikhlas, seandainya permohonan kita tidak terkabul, itu bisa berarti 3 hal. Belum saatnya, tidak baik bagi kita atau akan jadi tabungan di surga.

Saya bukan ahli agama, bukan juga ahli ibadah. Tapi saya berusaha melakukan yang terbaik semampu saya. Sama sekali tak ada maksud membanggakan diri dalam cerita ini, tapi sekedar berbagi cerita. Oya, tatacara berdoa yang saya lakukan selama ini sederhana saja. Saya rasa semua teman-teman juga sudah tahu bahwa waktu yang paling baik untuk berdoa itu adalah di waktu malam, dalam atau setelah shalat malam. Saya awali dengan shalat malam, dan di waktu sujud saya utarakan permintaan saya. Setelah shalat malam, saya sujud lagi, mohon ampun atas semua dosa saya. Memuji kebesarannya, dan memohon bantuannya. That’s it. Simpel kan?

Wah, jadi panjang lebar ya ceritanya, padahal niatnya cuma sharing sedikit saja. Gak pa pa kan ya. Siapa tahu ada yang bisa mengambil manfaat dari kisah saya ini. Dan kita bisa bersama-sama berdoa dan beribadah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.