Saturday, September 15, 2007

Hikmah Ramadhan

Setiap datang Ramadhan, rasanya senang sekali. Mungkin ini tidak aneh, saya raya hampir semua orang Islam merasakan hal yang sama. Tapi buat saya pribadi, itu karena bulan Ramadhan adalah kesempatan terbaik untuk mendekatkan diri pada Allah, sampai saya merasa seakan kita bisa bermanja-manja pada Nya. Seakan Dia turun dan merengkuh saya, bertanya apa kesulitan saya. Lalu saya menumpahkan semua uneg-uneg dan kesulitan saya untuk dicarikan jalan keluar. Tak lupa, saya juga mengajukan beberapa permohonan. Dan percaya atau tidak, hampir semua permohonan yang saya minta di bulan Ramadhan dikabulkanNya.

Awal dari semuanya adalah waktu saya di SMP. Sebelum-sebelumnya, bulan Ramadhan tidak terlalu berarti buat saya, selain kegembiraan menunggu lebaran karena berarti uang jajan berlimpah dari semua om, tante, dan kakek :D (Hayoo.... yang punya pengalaman sama tunjuk tangan). Waktu di SMP itu, iseng-iseng saya berdoa pada Allah (halah, berdoa kok iseng-iseng) meminta sesuatu. Tapi permintaan itu saya ajukan secara spesifik dan sungguh-sungguh, karena memang waktu itu, hal itulah yang paling saya inginkan. Setelah Ramadhan lewat, sayapun lupa dengan permohonan saya. Sampai pada suatu hari, ealaaah.... permohonan saya terkabul! Saya takjub sekaligus senang. Lalu saya buat kesimpulan sederhana, kalau ingin sesuatu, berdoalah di bulan Ramadhan.

Teori ini saya praktekkan lagi waktu saya kelas 3 SMA. Saya berdoa sepenuh hati, bersujud kepada Allah, memohon supaya saya bisa lulus SMA dengan nilai yang baik dan lulus UMPTN juga. Dan Alhamdulillah, ternyata benar adanya. Kejadian ini, ditambah pesan dari ibu saya yang intinya kalau kita berdoa itu sebaiknya yang spesifik, semakin menambah keyakinan saya mengenai mukjizat Ramadhan.

Setelah itu, berturut-turut doa saya di bulan Ramadhan dikabulkan Allah. Saya bisa menyelesaikan kuliah dengan baik, lulus dengan waktu relatif cepat (padahal sebelumnya saya pesimis sekali bisa selesai tepat waktu). Lalu mendapatkan pekerjaan, dan yang terutama... mendapatkan jodoh. Yang terakhir ini termasuk kejutan buat saya, karena sebelumnya saya sama sekali tidak punya gambaran siapa yang akan jadi suami saya sebelumnya walaupun teman pria saya banyak (bukan pacar ya. Saya gak pernah pacaran sebelum ketemu orang yang akhirnya jadi bapaknya anak-anak ini).

Saya ingat sekali, tahun 99 itu, Ramadhan jatuh sekitar bulan januari-februari. Waktu itu entah kenapa (cailee... entah kenapa) ada lumayan banyak cowok yang sedang pdkt sama saya. Tapi cuma 1 orang yang rada sreg. Bukaaan.... bukan si bapak. Sebut saja si X. Dia mantan kakak kelas di SMA, tapi sebelumnya kami tidak pernah in touch. Silaturahmi terjalin jarak jauh lewat internet, karena dia memang sedang melanjutkan studi di negara lain. Walau begitu, saya gak mau gegabah bilang itu orangnya. Seperti biasa, saya pilih konsultasi sama Allah lewat sujud saya. Tapi saya sudah menetapkan, tahun ini saya ingin ketemu jodoh (karena waktu itu umur saya sudah 25 tahun). Jadilah selama bulan Ramadhan itu, saya berdoa sekuat-kuatnya memohon agar Allah berkenan mempertemukan saya dengan jodoh saya. Gak lupa, saya cantumkan kriteria orang yang saya inginkan untuk jadi suami. Yang soleh, pintar, sabar, baik hati, dst, dll (kalo mau tahu kriteria lainnya, amati aja deh suami saya. Gak melenceng jauh kok dari situ. Hehehe).

Selesai Ramadhan bulan februari, tiba-tiba bulan April ada yang ‘nembak’ saya. Bukaaann…. Bukan si bapak juga. Hehehe…. Dia mantan teman kuliah, tapi sumpah seumur-umur saya gak pernah tau bahwa dia naksir saya, bahkan sudah lama. Selama ini hubungan saya sama dia sama aja seperti dengan teman-teman lain. Belum lepas dari kekagetan, tahu-tahu ada yang ajak kenalan di kantor. Naaahh… yang ini baru bapaknya Reyhan. Hihihi…. Sebenarnya gak cocok juga sih kalo dibilang kenalan, karena kami sudah setahun kerja bareng di sana (saya masuk situ tahun ’98). Tapi terus terang gak pernah ada interaksi, karena dia itu pendiam banget. Gak pernah ngomong ke saya, ketutup sama obrolan teman-teman yang lain. Bahkan saya gak ngira dia tahu kalau saya itu exist :D. Ternyata eh ternyata, dia sudah amati saya sejak saya baru masuk setahun lalu.

Kalau yang lain modelnya pake muter-muter, basa basi dulu, si bapak ternyata menganut kepercayaan tembak langsung. Jadilah saya tambah kelabakan. Saya sih inginnya semuanya penjajagan dulu, biar saya bisa santai nentuin yg mana yg paling cocok (bokis gak sih? Gak mau rugi ceritanya. Tapi wajar kan ya? Wong kita mau nentuin pasangan hidup kok. Sah2 aja kan, milih2?). Tapi ternyata si Mas gak mau model gitu. Buat dia, now or never. Akhirnya saya minta waktu buat shalat, minta petunjuk sama Allah. Selama berdoa itu, saya kok jadi ingat cerita ibu saya. Dulu beliau juga kayak gitu, dideketin banyak cowok, tapi semua dianggap angin sampai tiba2 datang ayah saya yang langsung nanya, ini mau serius apa main2? Dan dijawab sama nyokap, mau serius ayooo… main juga ayooo.. Hehehe (dasar emang si nyokap). Tapi dari pertanyaan itu, bokap udah dapet satu poin plus dibanding kandidat yg lain. Nah, kok kisah saya ini kyknya mirip2 ya… Dan ternyata, setelah shalat pun, hati saya condong ke dia. Lupakanlah kenyataan bahwa hanya dia kandidat yg saya sama sekali tidak tahu apa-apa tentangnya. Saya ikutin kata hati (dan petunjuk Allah) itu. Alhamdulillah setahun berikutnya, April 2000 saya menikah. Terkabul deh doa Ramadhan itu.

Doa Ramadhan berikutnya saya tujukan untuk anak yang waktu itu sedang ada dalam kandungan saya (sedang hamil 8 bulan). Saya berdoa minta anak yang ganteng, pintar, soleh (sayangnya saya lupa minta karakter sabar. Hehehe…). Alhamdulillah, dikabulkan. Lalu, 2 tahun berikutnya, saya berdoa jungkir balik minta Allah bantu suami saya supaya dapat beasiswa (karena saya sebetulanya sudah gak betah di kantor tapi gak punya alasan yang cocok buat quit). Ternyata dia lulus seleksi penerima beasiswa ke jepang.

Tahun berikutnya, saya cerita ke sepupu soal doa bulan Ramadhan ini. Dia waktu itu belum menikah, tapi umurnya sudah 24 (atau 25 ya? Lupa deh). Terus dia bertekad akan melakukan juga. Tahun berikutnya lagi, beberapa bulan menjelang Ramadhan, waktu saya sudah di jepang, saya dapat email dari dia. Mengabarkan dia akan menikah sebentar lagi. Alhamdulillah, memang Allah maha Mendengar doa hambanya. Sekarang, putra pertama mereka sudah berumur setahun lebih :).

Mukjizat itu masih terus berlanjut. Suami bisa sukses menyelesaikan penelitian dan tesisnya. Lulus tanpa revisi. Setelah kami kembali ke Indonesia, doa berikutnya adalah supaya kami bisa memiliki rumah sendiri, yang sudah kami idam-idamkan sejak lama. Alhamdulillah, sekarang sudah selesai dibangun dan Insya Allah bulan depan kami akan pindah rumah (belum sempet posting foto-foto rumah nih. Nanti deh).

Target berikutnya, ada sih beberapa hal yang saya ingin pintakan pada Allah, tapi itu gak usah dibuka di sini ya. Sejauh ini, saya rasakan Allah sangat sayang pada saya dan keluarga kami. Dan itu gak cuma berlaku buat saya saja. Saya yakin, seyakin-yakinnya, teman-teman juga bisa mendapatkan hal tersebut. Kuncinya sederhana, berdoa dengan sepenuh hati dan iklas. Yakin bahwa Allah sayang pada kita, karena kalau kita dekatkan diri pada Allah, dia akan lebih mendekat lagi pada kita. Dan Allah sesuai dengan perasangka kita. Kalau kita merasa dimusuhi Allah, maka begitulah jadinya. Dan kalau kita merasa dicintai Allah, maka Allah akan berlipat kali mencintai kita. Awalnya suami agak pesimis soal doa-doa ini, krn merasa jarang diterima doanya. Tapi berkat komporan terus menerus, akhirnya sekarang dia juga menganut prinsip yang sama. Oya, dalam berdoa kita juga harus ikhlas, seandainya permohonan kita tidak terkabul, itu bisa berarti 3 hal. Belum saatnya, tidak baik bagi kita atau akan jadi tabungan di surga.

Saya bukan ahli agama, bukan juga ahli ibadah. Tapi saya berusaha melakukan yang terbaik semampu saya. Sama sekali tak ada maksud membanggakan diri dalam cerita ini, tapi sekedar berbagi cerita. Oya, tatacara berdoa yang saya lakukan selama ini sederhana saja. Saya rasa semua teman-teman juga sudah tahu bahwa waktu yang paling baik untuk berdoa itu adalah di waktu malam, dalam atau setelah shalat malam. Saya awali dengan shalat malam, dan di waktu sujud saya utarakan permintaan saya. Setelah shalat malam, saya sujud lagi, mohon ampun atas semua dosa saya. Memuji kebesarannya, dan memohon bantuannya. That’s it. Simpel kan?

Wah, jadi panjang lebar ya ceritanya, padahal niatnya cuma sharing sedikit saja. Gak pa pa kan ya. Siapa tahu ada yang bisa mengambil manfaat dari kisah saya ini. Dan kita bisa bersama-sama berdoa dan beribadah di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.

6 comments:

Mariskova said...

Setuju, Ly! Gue juga percaya kalo doa di bulan Ramadhan itu ampuh.

bioscience said...

Setuju, bulan romadlon adalah bulan penuh berkah

bioscience said...

Saya juga punya pengalaman hampir sama dengan mbak. Setahun kemarin saya naksir seorang cewek, karena saya pendiam saya tidak berani mengungkapkan perasaan saya kepadanya. hanya bicara biasa sebagai teman. Tahu-tahu saya dapat kabar bahwa dìa akan menikah dengan seorang pria. Perasaan saya tidak karuan saat itu, rasanya mulai patah hati. Saya mengadu kepada Allah lewat sholat dan doa, kalau dia memang jodoh saya pasti tidak akan kemana-mana. saya berpikir bagi Allah tìdak ada yang tidak mungkin. Kun fayakun, pikìr saya. Kejadian itu pas menjelang idul fitri, saya siap-siap mudik waktu itu.
Beberapa bulan yang lalu saya dapat kabar dari teman saya kalau si cewek itu tidak jadi menikah, malah si pria yang menikah dengan wanita lain. Waktu kutanya dìa ngomong belum siap. Saya merasa mendapat semangat baru untuk mendapatkan dia lagi. Saya mulai berani pdkt ke dia walaupun cuma sebatas bicara masalah pekerjaan, belum berani ngajak jalan keluar. Saya nekat ndeketin dia walaupun bersaing dengan beberapa kandidat. Mulanya saya bingung, maju-mundur, maju-mundur, tapi setelah sholat istikharah
berulang kali akhirnya kumantapkan untuk terus mendekati dia. Di bulan romadlon ini saya mendekatkan diri kepada Allah. Selain amalan wajib, saya berdoa untuk diberi jodoh yang sesuai dengan keinginan saya. Syukur-syukur dia yang kudeketi bisa jadi jodoh saya. Wallahu alam. Tapi saya kok yakin ya? (pe de banget ya?, biarin daripada minder). Toh niat saya baik, kok. Kalau kita punya niat baik, insya allah akan dikabulkan, tul nggak?
kalau terkabul, bulan romadlon memang bulan penuh berkah, bulan yang suci. Tapi saya tidak hanya berdoa saja, saya harus berusaha. doa tanpa usaha akan percuma saja. Manusia berusaha, Allah yang menentukan. Segala keputusan ada di Allah. Kalau jodoh pasti akan dipertemukan oleh Allah. Perjuangan masih panjang (kayak perang aja). Akhir tahun ini harus ada hasilnya. Doain ya. maaf ya mbak saya kok jadi curhat, maksudnya mau sharing pengalaman saya pas bulan romadlon.

Ully said...

Buat Bioscience:

Alhamdulillah pengalaman saya bisa bermanfaat untuk anda. Memang itu yang saya harapkan, ada yang bisa memetik hikmah dari cerita saya ini. Dan good luck dengan pdkt anda ya. Tapi kalau saya boleh usul, mungkin anda harus lebih memupuk keberanian dalam usaha anda itu. Berikan perhatian yang lebih besar dan sinyal-sinyal yang lebih jelas. Perempuan manapun (kalo tidak salah, ya) akan lebih menyukai cowok yang berpendirian dan tegas. Jadi, sepemalu apapun anda, jangan hanya diam dan berdoa, tapi juga harus berusaha. Dalam kasus saya, itu poin plus suami (berani memberi ketegasan) sehingga saya memilih dia :D

The-dangs said...

Teh Ully(Gak apa2 ya,saya manggil teteh,^_^). Salam kenal dari saya. Saya liat blog teh Ully secara tidak sengaja pada saat saya membaca blognya Bu Betti,kandidat ketua IA-ITB yg Insya Allah,saya dukung. Lalu,saya mulai membaca-baca isi blognya teh Ully. Teh,saya SANGAT setuju dengan keberkahan Bln Ramadhan dan kedashyatan do'a,terutama do'a di waktu 1/3 malam terakhir. Namun ada 1 hal yg saya kritisi,teh. Izinkan saya untuk menyampaikannya. 1 hal tsb tentang cara do'a teteh yg SETELAH Sholat dgn cara BERSUJUD. Terus terang,ini gak ada tuntunannya,teh. Karena SUJUD itu hanya dilakukan untuk 2 hal yaitu dalam sholat(baik fardlu&sunah) dan ketika kita mendengar ayat2 Sajdah(yg disebut sujud tilawah). Memang,klo selama ini,teteh selalu dikabul do'anya oleh ALLOH SWT,walaupun memakai cara tersebut di atas,ya alhamdulillah. Tapi alangkah baiknya,klo tata cara do'a yg kita lakukan juga benar. Sebaiknya,teteh mengubah cara berdo'a di atas,cukup dgn cara do'a biasa.Tidak usah dgn memakai sujud. Nah,klo berdo'a ketika sujud dlm shalat,itu memang ada tuntunannya,asalkan TIDAK melantunkan do'a2 yg berasal dari ayat2 Al-Qur'an dan TIDAK diucapkan,tapi cukup dlm hati. Mungkin sekian dari saya. Sekali lagi,saya minta maaf klo tulisan ini tidak berkenan bagi teteh. Anggap saja sebagai sharing ilmu. Dipakai alhamdulillah. Klo enggak juga,saya sudah bebas kewajiban krn udah mengingatkan. Salam kenal juga buat Bapaknya Reihan. Dari=> D.Nurdjaman,ST. Alumni T.Material ITB 96. PT.Angsa Daya (IKAD Ceramic) Tangerang Banten

Ully said...

To The-Dangs (:D):
Salam kenal ya. Terima kasih banyak atas masukannya. Terus terang, semua yang saya lakukan selama ini kebanyakan hanya menuruti perasaan saja. Mungkin jeleknya ya, kurang berdasar dilihat dari sisi agama dan tidak sesuai dengan tuntunan Rosul. Dan mungkin penuturan saya kurang jelas. Sebenarnya yang saya lakukan juga seperti yang anda jelaskan, doa diutarakan ketika sujud dalam shalat dan dalam hati, tidak diucapkan. Mengenai sujud yang saya lakukan setelah shalat, sebenarnya hanya untuk mengingatkan diri sendiri betapa rendahnya kita dibanding keagungan Allah, bahwa kita tercipta dari tanah yang kita injak dan akan kembali lagi ke tanah jadi alangkah tidak patutnya bagi kita untuk memiliki sifat sombong, walau sekecil apapun. Mungkin memang tidak perlu sujud dalam memohon doa itu, tapi bagi saya rasanya lebih nyaman dan lebih mengena :). Tapi tentu kalau memang tidak ada contoh dari Rosul, ya jangan dijadikan kebiasaan apalagi tuntunan. Nanti malah jadi bid'ah. Ya kan? Sekali lagi terima kasih sudah mengingatkan. Jazakumullah.