Monday, March 22, 2021

Rebake challenge: Gluten free sponge cake

Nyobain celenj dari Rumbel Boga IP Tangsel untuk rebake Gluten Free sponge cake. Setelah percobaan yg pertama kemaren sore gatot alias gagal total, akhirnya hari ini sukses juga yippeeee....



Proses pengocokan telur dan gula. Harus sampai jambul petruk gitu modelnya, kalo gak alamat gatot deh.



Lupa foto pas udah dicampur sama coklat bubuknya, baru inget pas udah di oven. Oh well....

Dan ini hasilnya, tarraaaaaaa.......








Coklat hiasannya kombinasi antara coklat compound dan couverture 59%. Tampangnya cakep. Rasanya gimana? Ntar kita tes setelah jam 12 siang yaaa
😁😁

Dan ini pendahulunya....



*Foto terakhir tu penampakan si kue gatot. Jangan dibully yach hahaha. Rasanya sih Ok2 aja gak masalah, nyatanya anak2 lahap juga makannya dan tinggal sisa segitu.

Jadi kuncinya itu di pengocokan adonan awal telur gulanya, sama sebetulnya dengan adonan kue yang biasa saya bikin. Kemarin waktu nyoba pertama kali, I sticked to the recipe karena belum pernah pake tepung GF eealaaahh kok ya malah gagal. Di percobaan ke-2 mulailah dikreasikan sesuai resep yg biasa dibikin dan feeling yg biasanya so good kalo baking, dengan mengerahkan trik2 andalan selama ini. Alhamdulillah lancar jaya dan sukses.

*Apdet: gak tahan juga ternyata nunggu sampe jam 12 buat nyicip, soo IF hari ini kita cukupkan saja di 15 jam yaaa hahaha...
Kesimpulannya rasanya lembuutt, manisnya sedang just the way I like it, coklat hiasan yg kombinasi coklat compound dan couverture bikin makin maknyuuusss, trus gak ada rasa begah di perut setelah makannya. Ooo jd begini yaa rasanya kl makan kue GF. Siipplaahh, besok2 bikin lagi pastinyaaa 🥰🥰🥰


@ibuprofesionaltangsel
@fourantyy
@azrina_musz

Monday, December 14, 2020

Mini Project

Dibuat sebagai rencana mini project Orientasi Kampung Komunitas Ibu Profesional


Nama: Nuzulia Latifah

Regional: Jakarta

Mini Project 1: Sharing session mengenai pemilahan sampah keluarga dan pemanfaatan sampah non organik bersama penggiat lingkungan

Tujuan: 

1. Menggalang kebersamaan yang lebih erat untuk anggota Rumbel GnO
2. Menambah wawasan dan jejaring antara anggota Rumbel GnO dengan organisasi/institusi lain 
3. Membangun kerjasama dengan sesama penggiat lingkungan di ruang lingkup yang lebih besar

Team/Panitia:
1. Ketua
2. Bendahara
3. Sie Acara
4. Sie konsumsi dan umum

Sasaran:
1. Anggota Rumbel GnO
2. Masyarakat/publik yang tertarik untuk belajar mengenai pemilahan sampah

Waktu: Sekitar bulan Agustus, di akhir pekan

Tempat: Rumah salah satu anggota Rumbel GnO

Biaya: Rp 50.000,-/peserta untuk makan siang dan suvenir jika diadakan offline, gratis jika diadakan online

Deskripsi kegiatan:

- Saya mengenal beberapa orang penggiat lingkungan yang telah banyak mendapatkan penghargaan baik di dalam maupun di luar negeri serta memiliki banyak sekali pengalaman terkait daur ulang sampah. Saya ingin mengundang para penggiat lingkungan ini ke acara sharing session atau webinar untuk berbagi pengetahuan dan ilmu yang mereka miliki kepada para anggota Rumbel GnO dan publik yang ingin mempelajari ilmu mengenai pemilahan sampah dan pemanfaatan limbah keluarga. 

- Acara ini bisa dilaksanakan offline (jika masih dalam situasi pandemi Covid-19) atau diadakan offline jika pandemi sudah lewat. Untuk tempat acara, jika diadakan offline maka bisa dilakukan di rumah salah satu anggota rumbel GnO untuk menghemat biaya. Jika dilakukan online maka bisa melalui zoom meeting.

- Acara berlangsung selama sekitar 3 jam dengan 1 jam sharing session, 1 jam tanya jawab dan 1 jam praktek (jika memungkinkan).

- Diharapkan setelah acara ini maka anggota Rumbel GnO akan lebih termotivasi untuk memilah sampah keluarga dan memanfaatkan limbah di rumah untuk produk daur ulang.


Mini Project 2: Pemilahan sampah di rumah dan di lingkungan sekitar

Tujuan: 
1. Mengurangi produksi sampah yang diangkut ke TPS dari rumah dan lingkungan sekitar
2. Memanfaatkan limbah dapur dan sampah organik untuk pupuk kompos
3. Mengumpulkan sampah-sampah non organik dari rumah dan rumah tetangga untuk disalurkan ke Bank Sampah

Tim/Panitia:
- Bu RT
- Ketua lingkungan komplek
- Koordinator kegiatan

Sasaran:
- Anggota keluarga sendiri
- Warga perumahan Flamboyan Cipedak, Jakarta Selatan

Waktu: Setahun dari sekarang

Tempat: Komplek perumahan Flamboyan Cipedak, Jakarta Selatan

Biaya: Rp 600.000,- untuk membeli tong-tong sampah organik dan non-organik

Deskripsi kegiatan:

- Menggalakkan pemilahan sampah rumah tangga di rumah sendiri
- Menghimbau kepada para ibu-ibu di komplek perumahan untuk mulai memilah sampah rumah tangganya
- Mengadakan acara pelatihan pemilahan sampah rumah tangga dengan memanggil narasumber dari Rumbe GnO
- Menghubungi bank sampah terdekat untuk mengatur jadwal pengangkutan sampah non-organik
- Mengatur jadwal pengangkutan sampah non-organik dari komplek
- Mengadakan pelatihan membuat kompos dari sampah organik dapur dengan narasumber dari organisasi-organisasi terkait.

#miniproject 
#desember2020 
#sambutsemaikomunitas 
#komunitasibuprofesional 
#orientasikampungmain



Aliran Rasa #3

 Dibuat sebagai aliran rasa Babak 3 Orientasi Kampung Komunitas Ibu Profesional

Alhamdulillah sudah sampai di penghujung jalan Orientasi Kampung Komunitas Ibu Profesional. Tinggal 2 langkah lagi yang harus dipenuhin untuk bisa bergabung dengan kampung komunitas impian. 

Sebetulnya dulu sudah pernah menjadi member Rumbel GnO, tapi karena terlewat Heregistrasi jadilah terlempar keluar dan harus berusaha untuk bisa masuk lagi.

Tapi gak pa pa, dinikmati aja prosesnya. Biarkan mengalir seperti aliran air, motto hidup saya selama ini. Karena setiap belokan, benturan maupun putaran akan membuka peluang baru bagi petualangan baru dan pengetahuan-pengetahuan baru yang pasti bermanfaat bagi saya.

Setelah ini, mempersiapkan mini project. Sejak minggu lalu sudah menimbang-nimbang mini project apa yang akan saya buat. Ada 2 ide, 1 untuk kalangan sendiri (keluarga dan lingkungan sekitar), lalu satu lagi untuk komunitas Rumbel GnO. Yang membuat bingung adalah project mana yang kira2 lebih berpeluang untuk diwujudkan. Tapi sepertinya keduanya bisa dijalankan kalau memang saya istiqomah. Jadi akhirnya ambil keputusan, ok saya akan ajukan saja kedua ide mini project itu, dan lihat nanti yang mana yang akan terlaksana lebih dulu 😄. Bismillah, insya Allah bisa.

#AliranRasa2
#babakmain3orientasi 
#KampungMainKomunitas 
#komunitasibuprofesional


Monday, November 30, 2020

Peranan dalam komunitas

 Dibuat sebagai aliran rasa Babak 2 Orientasi Kampung Komunitas Ibu Profesional

Terus terang setiap kali mendapat tugas lembar main dari Kampung Main Ibu Profesional ini rasanya saya seperti 'dipaksa' untuk berintrospeksi dan berpikir ulang mengenai diri dan potensi saya. Tugas yang ke-2 ini pun demikian. 

Namun saya seperti mendapat pencerahan, karena teringat dengan lembar main #1 yang sudah diberikan dan diselesaikan sebelumnya. Di sana saya dipaksa berkaca dan mengenai potensi-potensi diri saya. Lalu di sini saya diminta merencanakan apa yang akan saya lakukan jika saya sudah bergabung dengan komunitas yang saya inginkan yaitu Rumbel GnO.

Sejenak saya merenung, apa potensi diri saya ya? Saya telusuri lagi pilihan2 saya di Lembar Main#1. Saya memiliki hasrat belajar yang tinggi. Saya memiliki koneksi yang cukup luas, termasuk dengan komunitas pencinta lingkungan, lembaga-lembaga pemerintahan dan expert di berbagai bidang. Saya biasa bekerja mengkoordinir berbagai acara pelatihan dan seminar. Saya mampu menghubungkan banyak orang dari berbagai sektor dan merangkainya dalam satu kegiatan yang bermanfaat bagi banyak pihak. Jadi apa yang bisa saya lakukan kalau sudah bergabung dengan Rumbel pilihan saya?

Ahaaa.... saya tau apa yang akan saya kerjakan. Segera saya tulis di kapsul waktu saya dan saya simpan baik-baik untuk saya buka lagi 6 bulan kemudian. Bisa saja rencana itu tak terlaksana, tapi semoga bisa berjalan sesuai harapan. Yang terpenting adalah niat bahwa saya ingin melakukan apa yang bisa saya lakukan bagi lingkungan, komunitas dan diri saya sendiri dengan sebaik-baiknya. Insya Allah bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Aamiinn yaa Rob....



Lembar Main #2

 













Sunday, November 08, 2020

Me, Myself and My Passion

 Dibuat sebagai aliran rasa Babak 1 Orientasi Kampung Komunitas Ibu Profesional

Belakangan ini, waktu terasa berjalan dengan begitu cepat. Rasanya baru saja merayakan tahun baru 2020, tetiba sekarang sudah masuk ke bulan November saja, sudah hampir mendekati akhir tahun lagi, dan sudah hampir tahun baru lagi Subhanallah.

Itu yang saya rasakan, entah hanya perasaan saya atau orang lain pun merasakan hal yang sama. Kesibukan yang terus menerus dan sambung menyambung seakan hanya menyisakan sedikit waktu bagi kita untuk bernapas dan beristirahat, untuk kemudian kembali memacu tenaga menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang kita punyai.

Itulah sebabnya ketika mendapat tugas Babak I Orientasi Kampung Komunitas ini saya seperti dipaksa untuk menginjak rem, untuk berhenti sejenak dan menganalisa lagi hal-hal yang selama ini terlewat dari perhatian dan tidak pernah terpikirkan.

Siapa Aku? Itu pertanyaan di halaman ke-2 lembar main 1. Simpel, tapi sulit untuk dijawab. Dan somehow jawaban saya selalu terkait dengan orang lain. Saya adalah seorang ibu dari 2 orang anak yg beranjak dewasa. Saya adalah seorang istri dari karyawan BUMN. Saya adalah anak tertua dalam keluarga. Seperti itu biasanya saya mendefinisikan diri saya, bahkan dalam proses wawancara di kantor. Tapi terlepas dari label2 tersebut, saya jadi tergelitik untuk menggali lebih dalam, siapa saya sebenarnya. Saya adalah seorang perempuan, sarjana Fisika ITB, karyawati di Australia Awards in Indonesia, penyuka olahraga dan bepergian. Saya adalah orang yang humoris, memiliki rasa empati yang tinggi, memiliki tingkat kecerdasan yang cukup baik dan karakter yang cukup menyenangkan. Saya suka lari, membaca, membuat kue dan menghiasnya, bepergian terutama ke pantai dan laut, menonton film dan mendengarkan musik. Saya juga pencinta lingkungan dan senang melakukan kegiatan atau hal-hal yang bisa membantu untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Wah ternyata cukup banyak juga hal yang bisa mendefinisikan diri saya. Lalu berlanjut ke pertanyaan berikutnya, apa yang menjadi passion saya? Wah this is another difficult question. Karakter saya cenderung cepat bosan dan kurang bisa menekuni hal yang sama selama jangka waktu yang panjang. Terlebih saya seringkali tertarik pada banyak hal dan selalu ingin mencoba dan mempelajari hal-hal baru yang saya temukan. Di satu sisi, ini berarti saya selalu ingin belajar dan meningkatkan kompetensi diri. Di sisi lain, sulit bagi saya untuk benar-benar menekuni dan menguasai suatu bidang dan menjadi yang terbaik di bidang tersebut. Namun kini sepertinya saya mulai mendapat gambaran tentang hal yang menjadi passion saya. Tentunya tidak hadir begitu saja, tapi melalui perjalanan yang sangat panjang.

5 tahun yang lalu, saya mengalami titik terendah dalam perjalanan hidup saya. I was mentally and physically ill. Secara fisik, kulit wajah saya kusam dan berjerawat besar, rambut rontok, gigi retak-retak, kuku pecah-pecah dan saya juga selalu merasakan sakit punggung yang berkepanjangan. Secara mental, saya menghadapi permasalahan di pekerjaan dan di rumah dengan orang-orang terdekat saya. Sungguh sangat berat rasanya, tanpa ada orang yang bisa saya percaya untuk mencurahkan isi hati saya juga. Alhamdulillah saya tidak kehilangan pegangan, saya putuskan untuk mengadu hanya kepada-Nya. Saya tumpahkan semua keluh kesah saya dalam doa dan shalat. Saya basahi sajadah dengan air mata setiap ada kesempatan. Dan terus saya lakukan sampai beberapa waktu.

Alhamdulillah doa saya ternyata didengar dan diijabah oleh-Nya. Satu per satu masalah yang saya hadapi mendapat jalan keluar. Satu per satu doa yang saya panjatkan dikabulkan oleh-Nya. Sungguh Allah SWT sangat sayang kepada saya, itu adalah mantera yang terus menerus saya ucapkan dan saya percayai dan Alhamdulillah memang terbukti benar adanya.

Setahun kemudian, saya bertekad untuk bangkit. Kebetulan di saat yang hampir bersamaan, seorang teman lama menyemangati saya untuk mencoba sesuatu yang baru: lari. Dulu saya selalu benci lari karena badan saya yang besar dan jari kaki yang selalu lecet kalau saya mencoba berlari. Tapi demi memperbaiki kesehatan yang semakin memburuk, akhirnya saya putuskan untuk mencoba. Ternyata berolahraga membuat tubuh memproduksi hormon endorphin yang membuat rileks dan nyaman serta menimbulkan rasa bahagia. Lama kelamaan saya semakin menyukai lari dan merasakan manfaatnya juga pada tubuh saya. Kebugaran tubuh saya meningkat, tubuh semakin langsing, tidur lebih teratur dan perasaan lebih nyaman dan happy. Kesenangan saya terhadap lari semakin meningkat ketika saya bergabung dengan grup alumni seangkatan yang juga memiliki hobi yang sama. Kami sering berbagi pengetahuan tentang kesehatan dan olahraga, pola hidup sehat, makanan sehat dan mengikuti acara-acara lomba lari bersama. Sedikit demi sedikit, semua penyakit saya lenyap. Kulit saya menjadi lebih halus dan bercahaya, rambut dan kuku kembali menebal dan kuat, bahkan banyak yang mengatakan saya terlihat semakin cantik dan lebih muda.

Ada salah seorang teman di grup lari itu yang menjadi panutan saya. Dia tidak hanya mengikuti lomba lari marathon tapi Ironman (semacam lomba triathlon yang diawali dengan renang sejauh 3,86km, lalu bersepeda 180,25km dan terakhir berlari marathon sejauh 42,2km). Tidak hanya sekali, tapi dia sudah mengikuti 9x Ironman di seluruh dunia. Woooww…. Tak hanya dalam hal olahraga, dalam pendidikan pun beliau sukses (setamat S1 dari ITB lalu mendapat beasiswa ke Cambridge Uni utk meneruskan S2). Sekarang beliau menjabat sebagai direktur di sebuah perusahaan multinasional.

Kadang saya tak habis pikir bagaimana ia bisa membagi waktunya untuk semua kegiatannya. Pekerjaannya yang sangat sibuk, jadwal olahraganya yang padat, ibadahnya dan keluarganya yang tentu juga perlu perhatian. Awalnya saya pikir ia seperti tanpa masalah. Tapi ternyata saya salah. Dia memilih pola hidup yang sangat aktif dan selalu berolahraga justru karena masalah kesehatannya. Ia memiliki penyakit bawaan yang tidak bisa disembuhkan dan harus meminum obat seumur hidup. Olahraga membantunya mengurangi kemungkinan terburuk dari penyakitnya tapi tidak bisa menyembuhkan, begitu juga obat2an hanya bisa mencegah tapi tak bisa menyembuhkan. Sungguh tidak saya sangka dan saya tak akan percaya kalau saja bukan dia sendiri yang menceritakannya dan saya tahu pasti bahwa dia tidak suka berbohong.

Dari sini saya mengambil pelajaran, bahwa memang manusia tak ada yang sempurna. Orang yang mungkin kita anggap sangat beruntung ternyata juga memiliki masalah dan problemnya sendiri. Saya belajar banyak dari teman saya tersebut. Passionnya terhadap olahraga dan kesehatan pada akhirnya menulari saya. Selama 3 tahun terakhir ini saya sudah mendapat banyak sekali perubahan pada diri dan hidup saya. Selama masa pandemik Covid-19 ini, saya semakin bersemangat untuk menjalani hidup sehat dan baik.

Di sisi lain, saya juga senang makan. Diet adalah hal yang paling menyiksa untuk saya. Tapi dari teman-teman saya belajar bahwa tidak perlu menyiksa diri sampai kelaparan untuk menurunkan berat badan dan mencapai berat badan seimbang. Kita hanya perlu tahu makanan apa yang harus kita makan dan serta berapa banyak. Akhirnya saya menemukan apa yang paling menarik untuk saya, yaitu membuat makanan sehat bagi saya dan keluarga. Konsumsi makanan sehat dan vitamin dipadu dengan olahraga yang seimbang akan meningkatkan kondisi kesehatan dan vitalitas kita. Dengan kondisi bekerja dari rumah, saya juga jadi memiliki lebih banyak waktu untuk memasak makanan sehat. Saya bahkan mencoba untuk menanam sendiri sayur mayur yang akan saya masak sehingga saya yakin bahwa bahan masakan saya segar dan bebas pestisida. Inilah yang sekarang saya tekuni selain pekerjaan yang menjadi tanggung jawab saya di kantor. Untuk ke depan, saya terpikir untuk mencari dan mengumpulkan resep2 yang tidak hanya enak tapi juga sehat dan rendah kalori sehingga bisa bermanfaat bagi para atlet atau mereka yang ingin hidup sehat. Who knows, suatu hari saya bisa membuka resto atau café untuk para penggemar olahraga ini. Semoga Allah merestui cita-cita dan mimpi saya ini, aamiiinn…


 


Friday, March 11, 2011

Setahun Lebih Sebulan

Yup! Sekarang sudah setahun lebih sebulan dari terakhir saya nulis dib log. Oalaahhh… kemane aje, mpok? Gak kemane2 juga siiiyyyy… Masih diseputaran Cipedak dan sekenanye. Masalahnya, sikon kantor gak kondusif buat nulis. Yang ada ntar kyk dua posting terakhir. Isinya caci maki dan keluh kesah aja.

Eniwe busway betewe (udah basi ya?), I’m back now. Stronger, happier, better. I don’t have to see those jijay faces anymore. I have a new, better and bigger work in a new, better and bigger office. I met some nice new friends and not-so-nice colleagues. I have a new boss (no further explanation here. Hope you can read between the lines :P).

Begini ceritanya. Bulan Agustus, mendekati lebaran, semua orang di kantor lama bersuka ria dapat thr sebesar sebulan gaji. Saya juga udah siap2 bersuka ria dooonggg… Eeeehhhh ternyata…. DUEEERRRRRR…. Si biang jijay satu itu menolak my request memo dgn alasan ‘gak tercantum di kontrak sebelumnya!’ Eh jay, seluruh dunia juga tau, yg kyk begitu di situ udah biasa, bisa dilolosin dgn memo aje. Tahun sebelumnya jg begitu. Tapi emang dasar jijay bajay udah bertekat mo ngusir saya bagaimanapun caranya, jadi dia main kasar gitu deh. Whuaaahhhhhh… yg namanya emosi langsung ke ubun2. Untung dia pergi mission. Kl deket, parang melayang tuh.

Tapi dipikir2, ngapain lah marah2 ama batu. Gak bakal didenger juga. Ya sud, dengan mengucap bismillah, saya langsung membuat surat pengunduran diri. Que sera sera deh. Eeeeehh…. Ternyata emang Allah maha kuasa dan penyayang, besok siangnya saya dapat telepon dari UNESCO, diminta segera mulai kerja disitu. Alhamdulillaaahhhh… rejeki gak kemana.

So, begitulah. Akhir September saya mulai kerja disini, di kantor baru ini. UNESCO House di daerah Kebayoran Baru. Tapi saya gak bilang2 ke orang2 di kantor lama akan pindah kemana, hanya 2 orang teman dekat yang tahu. Yang saya tekankan, saya berhenti karena diperlakukan tidak adil di kantor itu. And guess what, those pinoy-pinoy jijay itu gak ada yg berani melepas kepergian saya. Sampai si ED pun gak berani nemuin waktu saya mau pamitan pergi. Malu hati kaaann….

Di kantor ini, walau gaji hampir dua kali lipat dan lingkungannya international, ternyata nasib saya kurang bagus juga. Dapat bos yang rewelnya gak karu2an. Tapi dibanding bos jijay dulu sih masih jauuuuuuuhhhhhhhhhh lebih baik. At least yang ini MEMANG terbukti pintar dan apresiatif. Dia akan ngakuin kalau hasil kerja kita bagus. Kerewelannya bersumber dari kenyataan bhw dia sendirian di Indonesia ini dan karakternya yang tidak sabar (mirip dah ama saya). So, it’s still tolerable. Ditambah fakta bahwa local staff disini saling mendukung dan cukup kuat menghadapi international staff yang kadang bikin spanneng juga.

Yang bikin lumayan mabok adalah load kerjaannya. Seharusnya posisi saya adalah programme assistant, yg notabene menangani program saja. Ternyata tidak begitu. Saya juga harus menangani aspek admin dan finance dari program yang saya pegang. Singkatnya, yang di kantor lama ditangani oleh 3 divisi berbeda, disini harus saya pegang sendiri. Wuaaahhhh… Kalo begitu, gajinya harusnya bukan double tapi triple dong yaaa… Hehehe… But, gpp lah. Hitung2 belajar dan meningkatkan skill. Karena system UN ini dipakai disemua UN organization, so kalo saya bisa kuasai system disini berarti saya bisa bekerja di UN organization apapun dan dimanapun (termasuk di headquarter sana dong yaaaa.. Amiiinnn).

So that’s it from me for now. Setelah hampir 6 bulan bekerja, dengan mengalami 5 kali pendarahan hidung, semoga hari2 yang saya lalui disini akan menjadi semakin baik dan bukannya menurun. At least sekarang saya sudah lebih paham ttg ESD dan pengaturan ritme kerja yang pas supaya gak terus2an stress dan mimisan. Hehehe…

Monday, February 22, 2010

Why o why o why

Bener bener tu orang satu, emg bukan manusia.

Semua dioper ke gw. Segala-gala harus gue kerjain. Emang cuma gue sendiri anak buahnya? Mana itu konco2 ne? Giliran yg enak2, mereka semua maju. Pas urusan kerjaan, tumplek semua di gue. Najis tralala. Dasar orang sakit jiwaaaa......

Tuesday, June 02, 2009

My Best Friend

A chat with a colleague made me yearn for the movie The Lake house again, so I watched it several times in the past few days. And being silly me, of course I was overwhelmed by it (again!). But my scientific side also argued this time. Actually, there were several things that could not be accepted (at least by a physicist) in that movie. The last act, for example. The one when Kate rushed back to the lake house to send a letter to Alex, begging him not to go to Daley Plaza on that Valentine's day. And then Alex obliged. As the result, he's safe, and could meet Kate at the Lake house 2 years later.

My argument is this: If Alex wasn't killed at the Daley Plaza, then Kate wouldn't go back to the lake house in the first place. She wouldn't find the letters Alex left at the mail box, and they would never exchange letters to each other. In short, there would be no movie. But of course it's possible that Kate still went to the lake house some time later, not right away after the accident (which didn't occur due to her last letter to Alex) and found the letter and so on and so on. In short, the movie still possible to happen. Confuse? Well, don't be. It's just that our action in the past would determine the present and the future. If we did or didn't do something, then the future could be different. So you can imagine if you go back and forth in time, and then you will find different future every time you return to the future. Still confuse? Oh well :D

I really like movies like this, it's romantic but it got me thinking. Having Keanu Reeves and Sandra Bullock as stars in it also helped a lot to the reason. Hahaha.... Ok, I must admit, I like them so much in this movie. It feels so natural. And then, because I watched it on Youtube, I also read the comments from other viewer there. Most of them are fans of Keandra. Most of them are convinced that Keandra are in love with each other. Hmmm... there's a glitch, though. She's married, dooohhh.....

Although at first I tend to agree with the majority of fans who say that the two must get together since it's obvious that they're in love with each other, the more I watch, the more I think it's not like that. It's true that they really like each other. They enjoy each other present and there's an ease between them. But that's it. The love between them is the love between good friends. And maybe it's best to leave it as it is.

I had a good friend like that once. He's my best friend. Before that, I never thought that it's possible for a girl and a guy to be best friends. There must be some romance involve. But then, I knew this guy, and we became good friends. I can say that he's the only guy that I consider my best friend and purely that. Well, it's true that we have different religion and maybe that helped us steer the feeling away from other kind of relationships beside friendship.

Watching Keanu and Sandra laugh together makes me miss the old days. I suddenly realize that now I almost have no best friends anymore; girl or guy. Well I do have some colleagues who can be considered good friends also, but it feels rather different. Then of course, there's nothing like the college days. So carefee, so energetic, but also so emotionally tiring (when it came to failing love relationships, that was). And I remember, I told my best buddy everything. He's my loyal companion. He's smart, especially when it came to computer, so I relied on him to fix my computer. Because of that, he became the only guy who ever visited my room (my landlady was so strict. She banned guys from coming to our room. My buddy was the only one who could come due to my computer problem). We laughed a lot, he's very funny and we had similar sense of humor. He's also very honest, so I could rely on getting the truth from him whenever I want. But it didn't mean that we're always together. He got his own hobby and I got my own. That way, whenever we got together, there's always new stories and adventures to tell. It's very exciting.

After I know my husband, he became my best friend. And he always told me that I'm his only best friend. In a way, that's true. We share everything and we don't hide things from each other. Well at least that's what I believe. But it's slightly different than having a guy best friend like my colleague buddy. I just miss him, and I also miss those days so much.

PS: Of course I have some girl best friends. One friend, in Thailand, is now what I consider my best friend. We always chat almost everyday through FB. Although she's much younger than me, we really have similar taste and sense of humor also. We get along very well, which I couldn't consider the same with most of my colleagues at work. Oh well, that's life. You win some, you loose some.

PSS: Dedicated to my best buddy (you know who you are ;D) and my best gals (and you guys too..... :D)