Tuesday, January 31, 2006

My Handsome Little Man

Image hosting by Photobucket

Reyhan dan sepeda barunya

Anakku yang pertama namanya Reyhan Anindya Untoro. Tanggal 20 januari lalu, dia tepat berumur 5 tahun. Tapi, berdasarkan permintaannya, pada perayaan ulang tahun kali ini kami malah tidak mengundang siapa-siapa, keluarga sekalipun. Jadilah ultahnya yang ke-5 ini hanya dirayakan oleh kami berempat dirumah. Yang unik, semua ultahnya selama ini dirayakan ditempat yang berbeda-beda. Ultah pertama di rumah jl. Cucakrawa, yang ke-2 dirumah kung-nya di Sawo kecik, yang ke-3 di apato Minami-yono di jepun sana, yang ke-4 di rumah Inyik di Lenteng Agung, dan yang ke-5 ya di rumah Pondok Duta ini.

Image hosting by Photobucket

Walaupun baru berumur 5 tahun, Reyhan selalu sudah tahu apa yang dia mau. Dan ingatannya juga kuat, jadi kalau sudah diberi janji, harus ditepati karena pasti akan diingatnya terus. Reyhan juga selalu senang membantu jika mamanya meminta tolong, terutama kalau dimintai tolong mengambilkan sesuatu. Mungkin ini ditimbulkan juga dari karakternya yang tidak bisa diam, maunya selalu bergerak kesana kemari.

Dulu, sebelum menikah, aku dan Mas pernah berencana untuk menunda punya anak dulu. Maklum, sebelum pacaran kami sama sekali tidak saling mengenal. Jadi masa pacaran yang cuma 1 tahun itu rasanya kok kurang yaa.... hehehe. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Sebulan setelah menikah, aku hamil. Pada awalnya, kehamilan itu kami terima dengan rasa was-was. Banyaaakkkk sekali kekhawatiran dan ketidak pede-an karena kurangnya ilmu pengetahuan yang ada pada kami. Tapi, sejalan dengan semakin besarnya janin diperutku, ternyata semua kekhawatiran itu berangsur-angsur sirna, berganti dengan rasa bahagia dan takjub. Bahagia, karena Allah mempercayakan nikmatnya yang begitu besar kepada kami. Takjub, karena ada mahluk mungil yang sedang tumbuh didalam diriku. Semakin besar usia kandungan, semakin aktif juga pergerakannya. Tidak jarang tiba2 seperti ada dengkul atau kaki yang menonjol dari perutku. Semakin sulit juga rasanya untuk tidur, karena diwaktu malam hari, pergerakannya semakin aktif. Waktu itu aku sudah punya feeling, sepertinya anak ini nantinya akan menjadi anak yang aktif dan tidak bisa diam.
Image hosting by Photobucket

Akhirnya, tibalah hari2 menjelang persalinan. Namun, sampai tanggal yang diperkirakan oleh dokter, bayiku tidak juga lahir. Dokter masih memberikan waktu beberapa hari lagi untuk persalinan secara normal. Tapi malam harinya, sepulang dari check-up, tiba2 aku merasakan gatal2 yang amat sangat disekujur tubuhku. Tak henti-hentinya aku menggaruk semua bagian tubuh, tapi gatal2 itu tak juga hilang. 2 hari 2 malam aku tidak bisa tidur karena gatal2 itu, sementara Mas dengan enaknya ngorok disebelahku (sebeeeelllll banget rasanya, ngeliat orang enak tidur sementara aku sendiri sedang kegatalan). Akhirnya, dihari ke-3, aku kembali ke dokter karena sudah tak tahan dan sudah mulai pilek akibat tidak bisa tidur. Ternyata, ketika diperiksa dokter, sudah ada bukaan 1 cm. Namun dokter masih menyuruhku pulang malam itu, dan kembali keesokan harinya untuk menjalani persalinan.

Hari sabtu tanggal 20 januari 2001 jam 7 pagi, aku masuk rumah sakit dengan bukaan 2 cm. Tak lama kemudian, aku diinfus perangsang mulas. Namun, walaupun sudah mulas2 dan infus sudah habis, ternyata bukaannya hanya bertambah jadi 4 cm. Begitu terus sampai jam 4 sore, walaupun aku sempat istirahat juga waktu infusnya sudah habis. Jam 6 sore, bukaan bertambah jadi 8 cm. Infus ke-3 dipasang. Akhirnya, sekitar jam setengah 8 malam, baru bukaan sempurna 10 cm. Mulailah proses kelahiran Reyhan, dimana aku sempat menendang sang dokter Lita (maaf ya dok, maklum, belon ngerti cara ngejan yang baik dan benar). Dan akhirnya, jam 19.55, lahirlah putra pertama kami yang lalu kami beri nama Reyhan Anindya Untoro. Reyhan berarti orang yang dicintai dan selalu dilindungi Allah, Anindya artinya sempurna, dan Untoro adalah nama belakang bapaknya yang artinya yang menyukai kesempurnaan.

3 hari kemudian, aku dan Reyhan siap meninggalkan rumah sakit. Sebelum pulang, seorang suster memberikan informasi2 mengenai cara perawatan bayi dan susu yang harus diberikan. Sambil menerangkan hal2 itu, suster tsb memberikan foto Reyhan yang diambil oleh pihak rumah sakit beberapa saat setelah dia lahir. The moment I saw the picture, I was speechless! I was blinded and deaf to everything but the most handsome baby I ever laid my eyes on. I even forgot to breathe for several seconds. Mungkin ini pengaruh rasa sentimental ibu baru ya, tapi waktu itu rasanya gak ada bayi lain yang lebih ganteng dari Reyhan. Dan itu adalah kali pertama (dan mungkin terakhir) dalam hidupku dimana aku terpana sampai tidak bisa bernafas dan tidak mendengar ocehan suster didepanku dikarenakan seorang laki-laki (sorry ya mas....).Sayang fotonya masih berbentuk hard copy. Nanti deh, kl udah bisa dimasukin komputer, akan dipajang di blog ini.

Image hosting by Photobucket Image hosting by Photobucket
Begitulah kejadian 5 tahun yang lalu. Sekarang, anakku yang ganteng dan pintar itu sudah tumbuh menjadi anak yang lincah dan cerdas, sudah bersekolah di TK B TK Islam Pondok Duta, sudah mulai bisa membaca dan berhitung, bisa membantu orangtua, bisa menjaga adiknya, mudah memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain, senang bermain dengan teman-temannya, dan sangat mencintai keluarganya terutama mamanya (dia paling takut kalau aku sudah mengancam akan menangis kalau ia sedang nakal, dan langsung menghentikan kenakalannya itu). Selamat ulang tahun ya nak, semoga engkau tumbuh jadi manusia yang shaleh, mencintai dan dicintai Allah sesuai namamu, mencintai keluarga dan dicintai semua orang, berguna bagi masyarakat dan agamamu, serta sukses baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Amiiiinnnn.

Wednesday, January 11, 2006

Every woman is a Geisha

Just a moment ago, waktu lagi nyuapin reyhan setelah ngejemput dia dari sekolah, iseng-iseng gw liat-liat koran hari ini. Then I saw an advertisement about a new book called memoir of a geisha, tp yg terjemahan indonesia. Tu buku emang bagus banget, gw udah baca versi aslinya waktu masih tinggal di honjo. And bukan bukunya yang mau gw bahas. Di iklan itu juga ada pendapat 2 orang pakar, salah satunya arswendo atmowiloto. Di akhir komentarnya, dia bilang gini: Mungkin karena setiap wanita adalah geisha. N gue langsung tergelitik buat nulis komentar gw sendiri.

Just last night, gw and mas had a deep and long conversation about our relationship. Awalnya sih karena ngebahas peristiwa yang bikin gw bete berat beberapa hari yang lalu. Sebenernya masalahnya gak berat-berat amat, tapi lucunya ngelibatin orang ke-tiga yang gak ada hubungan apa-apa sama kita, bukan PIL ato WIL, tidak memberikan kontribusi apapun sama keluarga ini, tapi bisa bikin suasana panas. Konyol gak tuh?

Bermula dari situ, akhirnya gw beraniin buat ngungkapin hal-hal yang selama ini mengusik pikiran gw. Dan akhirnya teruuuussss sampe berujung mula diwaktu kita pacaran dulu. Juga problem-problem yang ada sekarang, yang setiap hari kita hadepin and bikin hubungan jadi gak semesra dulu lagi.

Gw memang udah gak kerja lagi sejak gw ikut dia ke jepang. Gw, yang seumur-umur gak pernah full berkutat dirumah, biasa ngebuang bete dengan jalan dan nonton di bioskop, paling gak demen masak, lalu tiba-tiba harus jadi full-time mother 24-7. Tp believe it or not, gw seneng-seneng aja tuh ngejalaninnya. Gw bahkan menikmati banget waktu yang gw habisin berdua-an aja sama reyhan kalo mas lagi kuliah. Gw ajak dia ke taman, eki, ato belanja di supa, jalan kaki ato gw boncengin naik sepeda. Rasanya gw kayak nebus waktu yang gw abisin buat kerja di jakarta dulu, dan ninggalin dia berdua aja ama pembantu dirumah. Setelah ada adeknya, gw emang tambah repot dan sempet stress, tapi masih bisa menikmati juga. Gw bahkan jadi punya hobi baru: bikin kue n nyoba masakan2 yang rada sophisticated yg sebelumnya gak pernah kepikiran buat gw bikin. And ternyata gw cukup gape juga masak, n dapet pengakuan dari temen2 (jadi bukan gw yang kege-eran sendiri, gitu lho, ngaku2 jago masak padahal jeblok). Gw juga menikmati banget bisa jalan2 sekeluarga, just the four of us, ke tempat2 yg indah2 n eksotis yg gak pernah ngimpi bisa gw datengin, tanpa ada gangguan dari pihak manapun (walopun dgn jalan kaki or naik sepeda, tapi asiknya...).

Setelah pulang ke indonesia, mulai deh, semua hal jadi jungkir balik gak karuan. Mulai deh ada intervensi dari mana-mana. Dari keluarga, temen, sampe urusan kantor yg bikin suami gw pergi subuh pulang isya. Kebayang gak sih, berapa jam waktu yang dia abisin sama anak-anak? Belum lagi urusan rumah yang harus gw handle sendiri semua (di jepang, biarpun gak ada pembantu, mas bisa lebih banyak ngebantuin karena dia bisa kerja dirumah), padahal si adek jg udah mulai gak bisa dilepas, harus diawasin terus krn udah mulai berkelana. Mau keluar rumah, repot krn gak bisa nyetir (siapa yg megangin adek?) or naik kendaraan umum (mesti jalan keluar dulu, panas, jadi males). Capek, stress, bete, buntut-buntutnya, gw marah-marah terus. Yang jadi sasaran, ya mas n anak2 juga. Belum lagi gw ngerasa walopun gw udah sebegitu banting tulang, tapi gak ada yg appreciate, termasuk orang2 yg terdekat. Jadilah gw tambah depresi.

Akhirnya gw putusin, kyknya gw harus balik kerja. Gw ngerasa butuh aktualisasi diri, n itu rasanya cuma gw dapet dari orang lain (dlm hal ini, orang2 di kantor kyk waktu gw kerja dulu). Toh gw pikir adek juga udah umur 1 tahun lebih, sebentar lagi bisa dimasukin play group. Reyhan sekolah dari pagi sampai siang, habis itu makan n then tidur sampe sore, jadi kalo siang gak ada ortunya di rumah dia jg gak terlalu kehilangan. Sementara itu, dgn gaji gw, gw bisa hire pembantu buat ngurusin urusan rumah and I think I could really use the money. Beres semua kan?

But guess what, he said that he didn't like the idea. Bahwa prioritas yg utama adalah anak2 (tp rasanya gw jg gak berniat nelantarin anak2 dgn rencana itu kok). Jadi so far, diskusi ttg gw kerja kembali msh buntu.

Terus, apa hubungannya sama judul tadi yak? Setiap wanita adalah geisha. Entah kenapa, waktu gw baca kalimat itu, gw jadi inget aja ama obrolan semalem. Dan rasanya, sepotong kalimat itu ngewakilin perasaan gw banget. Geisha adalah hostes, yang tugasnya bikin customernya merasa nyaman dan relaks. Buat seorang geisha, cinta adalah ilusi. Dia gak boleh tampil berantakan, memperlihatkan kesedihan atau kemarahan didepan pelanggannya. Diliat dari karakteristik ini, emang gak salah kalo dibilang setiap wanita adalah Geisha.

Bener gak sih kalo cinta itu ilusi? You think that you love someone only to find out that he was not as you imagined him to be. Or you love someone because he loves you, and then as time goes by, you start to question your love for him, or his love for you. Gw pikir sih cinta itu kayak iman, bisa menebal dan menipis, tergantung bagaimana treatment kita buat ngejaganya.

Then, gw mo tanya sama para kaum lelaki, ada gak diantara kalian yang mau punya istri berantakan bin awut-awutan, selenge'an, pemarah or cengeng? Siapa yang selalu mengharapkan, baik secara diam-diam maupun terus terang, istrinya supaya tampil rapi, manis, cantik, kalem, dan at the same time bisa menghidangkan makanan yang lezat-lezat, membersihkan dan menata rumah, juga mengurus anak2 yang sehat, sopan, manis dan rapi? Terus, apa bedanya sama hal yg diharepin dari geisha?

Bedanya, geisha is no wife. She is a free agent. Di masa jayanya, dia akan jadi rebutan customernya. Tapi kalo masa itu udah lewat dan dia gak punya sponsor tetap, maka ia akan tinggal sendiri, tua dan kesepian. Dalam hal ini, status istri memiliki poin lebih. So, in my opinion, every woman is a geisha, either by force, parents, husbands, siblings, or even herself.

Jangan bingung baca postingan ini ya, namanya aja unek-unek, dituang dalam virtual diary. Dan satu lagi, ini strictly my own opinion. Ada kalimat indah yang pernah gw baca, gw lupa siapa penulisnya, kalo gak salah sih kahlil gibran. Gini nih bunyinya:

Wanita bukan diciptakan dari kepala pria untuk menguasai,
juga bukan dari kakinya untuk dikuasai,
melainkan diciptakan Allah dari tulang rusuknya,
agar bisa berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah,
untuk menjadi kawan sejalan,
pendamping dalam kehidupan.

Wallahu 'alam bis sawab

Sunday, January 08, 2006

B.E.T.E

Gw lagi bete berat. BEEETTTEEEEEE se bete betenya. Gondok, kesel, dongkol (sama aja ya?) nyampur semua jadi satu. Gak tau gimana mo ngomongnya, yg pasti kudu gw keluarin nih 'racun', kalo gak bisa meledak.

Manusia tu emang susah banget ngerasa puas dgn apa yg dia punya, ya? Yg gak punya mobil, pengen punya mobil. Yg punya mobil atu, pingin punya 2. Yg punya mobil hijet pingin punya sedan. Yg punya sedan pingin mersi. Dst, dll, dll deh.

Bukan, gw bukannya lg pingin ganti mobil. Sekedar gambaran aja. Di jaman kyk sekarang gini, betapa susahnya menetapkan hati buat bisa sabar, ikhlas dan tawakal. Betapa sulitnya untuk merasa cukup dan senang dgn apa2 yg udah didapet. Sehingga 3 sifat itu jadi barang yg amat sangat langka.

Sabaaaarrrr.... sabaaaaarrrrrr.......... inget aja nasib 2 anak balita yg dibakar sama ibu kandungnya gara2 bapaknya pulang bertahun baru sambil mabok2an. Naudzubillah min dzaliiikk. Kok bisa ya gelap mata sampe kyk gitu? Jangan sampe deeehhhh.... Ya Allah, jauhilah kami dari rasa putus asa, kesedihan dan kemarahan yang berlebihan dan berlarut2. Bantulah kami memupuk sifat sabar, ikhlas dan tawakal, jg rasa syukur atas semua karunia-Mu ya Allah. Amiinnn ya robbal alamiin.