Hari minggu yang kutunggu-tunggu, karena akhirnya punya waktu libur seharian full sama keluarga setelah berminggu-minggu digempur deadline. Hehehe.... Hhmm... mau kemana yah? Kata si bapak, ke ITC fatmawati dulu ya, beli onderdil mobil. Gak lama kok, cuma beli. Oke deehhh... sekalian mama juga pengen beli somen dan kuahnya di swalayan jepun didepannya. Sebentar disana, semua urusan selesai. Terus, mau kemana nih? PI mal atau Pelangi? Kebetulan kemarin baru lihat liputan O Channel tentang restoran The Buffet yg ada di Pelangi. Akhirnya diputusin ke sana aja deh, ngiler juga liat deretan makanan-makanan ntu.
Sampai di pelangi pas jam makan siang. Wah, ngantri nih. Berhubung dah pingin banget, biar deh dibela-belain antri. Cuma antrian kedua, kok. Gak lama kemudian kita masuk dan duduk. Wah ternyata emang bener, jenis makanannya buanyaaaakkkk. Dari nasi uduk, nasi goreng sampe risotto. Dari udang saus mayonaise, chili calamari (alias sambal goreng cumi) sampai lasagna. Dari kentang goreng sampai sushi. Puding. Crepes. Cake. Es krim. Slurp slurrppp... Hehehe.... Hajar bleh...
Sayangnya gak semua makanannya ueanak. Ada sih beberapa yang enak. Mama klop banget sama spaghetti dan lasagnanya. Tim sum sama crepes-nya mama bilang jg enak (apalagi itu crepes dimakan sama es krim. Wah, maknyusss). Kalo bapak demen sama pizza-nya krn rotinya tebel (bapak tuh gak demen sama pizza yg tipis dan renyah). Reyhan sama adek seneng sama Panne (itu lho, yg kayak makaroni tp lbh gede trus pake saus putih) dan sate ayamnya. Singkat kata, semua puas dan kenyaaanggg...
Selesai makan, kami mampir ke Giant yg ada di basement sebentar. Eh, kok ada rame-rame ya? Oh, ternyata ada lomba menghias black forrest. Hhmmm... boleh juga nih. Gak pake uang pendaftaran pula. Kata bapak, ikut aja ma. Praktekkin ilmu mama. Hihihi.... Waktu tanya ke panitianya, ternyata pesertanya udah lengkap. Tapi, ada satu peserta yang menghilang. Jadi kalau sampai waktunya perlombaan itu peserta gak muncul, mama yang ngegantiin. Ya udah, ditunggu sebentar, dipanggil-panggil, peserta itu gak muncul juga. Akhirnya jadi deh mama peserta dengan nomor buncit. Kalau menurut si panitia, ada 4 point penilaian, yaitu kerja sama tim, kebersihan, keahlian dan hasil akhir. Artinya bukan cuma hasil akhir yang dinilai, tapi proses pembuatan juga dinilai. Trus, judulnya adalah lomba merias kue keluarga, jadi harus dikerjain sama anggota keluarga yang lain. Nah lho, peserta yg lain anak2nya udah pada remaja gitu, cuma mama yang bawa dua batuta. Tapi stil yakin aja deh, Bismillah.
Lomba dimulai. Eh, tumben-tumbenan anak2 gak rewel. Si adek sibuk sendiri, cuma sebentar dia minta perhatian. Dikasih cherry langsung anteng lagi (oya, semua bahan seperti kue, whip krim, cherry dan coklat disediain panitia). Si kakak cukup puas disuruh muterin meja puter dan naburin coklat serut di atas kue. Bapak yang masukin cream ke plastik segitiga dan naburin coklat. Mama do the rest.
Setelah 20 menit, lomba selesai. Gak lama kemudian, pemenang diumumkan. Dan hasilnyaa.... Mama keluar jadi juara ke-3. Alhamdulillah. Gak nyangka. Jurinya jg sampe komentar, wah padahal ini peserta yang terakhir daftar ya bu. Hehehe.... Iya pak. Kalo rejeki emang gak kemana.
Oya, pemenang pertama kuenya sebenernya belepotan. Tapi kata juri, waktu ngerjainnya mereka mesra sekali. Pas kita lihat, lho si peserta itu gak bawa anak, jadi cuma suami istri muda gitu. Wah, jangan-jangan pengantin baru. Pantes aja mesra. Trus yang peserta kedua, anak2nya dah pada remaja dan memang hasil hiasan kuenya bersih banget. Sementara mama dinilai cukup berhasil ngehias diseling ngawasin adek yg berkeliaran dan Reyhan yang sebentar-sebentar mau nyolek. Lumayan deh, dapat hadiah kue yg kita hias sendiri itu plus voucher belanja Giant sebesar 200 ribu.
It's my life, inside and out. It's now or never 'cause I ain't gonna live forever. But I'll surely make the most of it ;) After all, no guts, no glory. No woman, no glory (hehehe....)
Monday, May 28, 2007
Saturday, May 26, 2007
Polisi tidur, enjoy ajaaa...
Pernah lihat iklan rokok yang punya semboyan "Enjoy ajaaa..." itu? Banyak sih versinya, tapi ada satu versi yang menurut saya kena banget buat saya dan suami. Yaitu tentang 4 anak muda yang naik mobil merah trus tiba-tiba eng ing eenggg... di depan mereka terbentang jalan yang penuh sama polisi tidur. Untung mereka masih muda, jadi bisa dibikin fungkeh, naik mobil ajrut-ajrutan dihantam polisi tidur. Untung juga mobilnya bagus, jadi benturannya gak bikin benjol atau turun berok.
Kenapa saya terkesan banget sama iklan itu? Karena begitulah adanya lingkungan rumah saya. Polisi tidur di mana-manaaaa... (*dengan iringan lagu iklan yg teksnya 'bunga-bunga di mana-manaaa...'). Semua jalan masuk ke rumah saya dikepung sama si poltid ini. Alhasil, kemanapun kita pergi, pasti ngalemnin ajrut-ajrutan seperti 4 anak muda itu. Untung sama fungkehnya (--pede.com). Gak untungnya, mobil saya nggak sebagus mobil mereka. Jadi yaa.... benjol dan turun berok deh.
Sebenernya kenapa sih dibuat sebegitu banyak polisi tidur itu? Heran juga saya. Terlebih lagi, gak cuma di jalan dalam kompleks (yang mungkin diperlukan dengan alasan banyak anak-anak main laaa... atau biar tukang ojeg gak pada ngebut laaa...), tapi di jalan raya, yang notabene milik umum dan bersama. Malah polisi tidurnya lebih ganas (pakai istilah suami) karena tinggi-tinggi dan curam.
Saya jadi rada penasaran, kira-kira para pembuat poltid itu punya mobil gak ya? Apa mereka gak tahu berapa banyak kerugian yang ditimbulkan oleh poltid-poltid itu? Satu hal yang pasti, kaki-kaki mobil (meliputi balljoint dan teman-temannya)jadi cepet rusak. Terus, boros bensin. Juga boros waktu. Perjalanan yang seharusnya cuma setengah jam bisa molor jadi satu jam karena harus terus menerus nge-rem setiap kali ketemu poltid. Belum lagi dosa yang ditimbulkan (karena sumpah serapah yang keluar setiap kali terhempas). Tuh, kan, banyak sekali kerugiannya. Keuntungannya? So far saya belum berhasil menemukan. Karena tidak pernah terbukti bahwa polisi tidur mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas. Yang ada malah menimbulkan kemacetan. Kalau ini sudah terbukti, di jalan raya pasar minggu dekat kompleks pertanian. Sampai akhirnya polisi tidur itu dibongkar paksa lagi. So, buat apa susah-susah membuat sesuatu yang merugikan untuk akhirnya dibongkar lagi? Aneh ya, cara berpikirnya.
Satu doa saya, semoga tidak ada lagi polisi tidur-polisi tidur yang terbentang di jalan-jalan. semoga orang-orang yang kurang kerjaan itu berhenti membuat poltid-poltid dan membongkar poltid yang sudah ada, supaya tidak ada lagi biaya terbuang untuk perbaiki mobil, biaya tambahan bensin, waktu yang terbuang dan sumpah serapah yang terlontar. Hehehe....
Kenapa saya terkesan banget sama iklan itu? Karena begitulah adanya lingkungan rumah saya. Polisi tidur di mana-manaaaa... (*dengan iringan lagu iklan yg teksnya 'bunga-bunga di mana-manaaa...'). Semua jalan masuk ke rumah saya dikepung sama si poltid ini. Alhasil, kemanapun kita pergi, pasti ngalemnin ajrut-ajrutan seperti 4 anak muda itu. Untung sama fungkehnya (--pede.com). Gak untungnya, mobil saya nggak sebagus mobil mereka. Jadi yaa.... benjol dan turun berok deh.
Sebenernya kenapa sih dibuat sebegitu banyak polisi tidur itu? Heran juga saya. Terlebih lagi, gak cuma di jalan dalam kompleks (yang mungkin diperlukan dengan alasan banyak anak-anak main laaa... atau biar tukang ojeg gak pada ngebut laaa...), tapi di jalan raya, yang notabene milik umum dan bersama. Malah polisi tidurnya lebih ganas (pakai istilah suami) karena tinggi-tinggi dan curam.
Saya jadi rada penasaran, kira-kira para pembuat poltid itu punya mobil gak ya? Apa mereka gak tahu berapa banyak kerugian yang ditimbulkan oleh poltid-poltid itu? Satu hal yang pasti, kaki-kaki mobil (meliputi balljoint dan teman-temannya)jadi cepet rusak. Terus, boros bensin. Juga boros waktu. Perjalanan yang seharusnya cuma setengah jam bisa molor jadi satu jam karena harus terus menerus nge-rem setiap kali ketemu poltid. Belum lagi dosa yang ditimbulkan (karena sumpah serapah yang keluar setiap kali terhempas). Tuh, kan, banyak sekali kerugiannya. Keuntungannya? So far saya belum berhasil menemukan. Karena tidak pernah terbukti bahwa polisi tidur mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas. Yang ada malah menimbulkan kemacetan. Kalau ini sudah terbukti, di jalan raya pasar minggu dekat kompleks pertanian. Sampai akhirnya polisi tidur itu dibongkar paksa lagi. So, buat apa susah-susah membuat sesuatu yang merugikan untuk akhirnya dibongkar lagi? Aneh ya, cara berpikirnya.
Satu doa saya, semoga tidak ada lagi polisi tidur-polisi tidur yang terbentang di jalan-jalan. semoga orang-orang yang kurang kerjaan itu berhenti membuat poltid-poltid dan membongkar poltid yang sudah ada, supaya tidak ada lagi biaya terbuang untuk perbaiki mobil, biaya tambahan bensin, waktu yang terbuang dan sumpah serapah yang terlontar. Hehehe....
Monday, May 14, 2007
Nyok Kite Nonton rame-rame...
Dari dulu, kalau ada yang tanya, hobi lu apa sih? Saya akan jawab cepat baca dan nonton. Kalau kemudian keluar juga jawaban musik, jalan-jalan dan makan coklat, itu biasanya jawaban selanjutnya yang perlu dipikirin lagi. Tapi yang utama ya dua hal itu: Books and movies.
Buat buku, sepanjang ingatan saya, buku gak pernah lepas dari hidup saya. Sejak belum bisa baca sendiri sampai sekarang sudah bisa nulis sendiri (nulis blog, maksudnya. Bukan nulis buku. Belom sampai laa... tahap itu).
Kalo soal film, itu malah goes all the way back to masa bayi dulu. Ibu saya suka cerita, dulu waktu ayah saya masih jadi awak kapal, ibu dan saya yang waktu itu berumur sekitar 1 tahun lebih sekian bulan pernah diajak berlayar. Karena satu dan lain hal, ibu saya meninggalkan saya sendiri di kabin kapal, cuma ditemanin sama TV yang lagi nyala. Ternyata waktu ibu kembali, saya masih tenang-tenang saja nonton itu TV, bahkan gak noleh ketika beliau masuk kabin lagi. Jadi dari umur sekian, bakat nonton saya sudah terlihat. Hehehe....
Waktu jadi wartawan amatiran di C'nS, penugasan yang paling saya suka adalah meliput pemutaran film baru. Lumayaaannn... nonton film gratis. Walaupun filmnya gak selalu sesuai selera saya. Tapi setelah cabut dari sana, ya sudah, berakhir juga acara nonton gratis.
Belakangan, saya dapat kerjaan baru, jadi penerjemah film. Dulu, sebelum tahu seluk beluk pekerjaan ini, rasanya ingin banget jadi penerjemah film. Alasannya, apa lagi kalo bukan bisa nonton gratis. Dan, apa sih susahnya nerjemahin film begitu? Tinggal denger omongannya, terjemahin deh. Beres.
Tapi ternyata sodara-sodara, dunia tidak selebar daun kelor. Apa seehh?? Ternyata menerjemahkan film itu tidak semudah yang saya kira semula. Butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikan film berdurasi 30 saja semacam film seri TV. Apalagi yang berdurasi 90 menit, seperti kebanyakan film layar lebar. Sampai panaasssss deh punggung dan pantat rasanya. Belum lagi, karena ini dikerjakan di rumah, gangguan yang datang silih berganti dari unyil-unyil itu. Kalau dibilangin bahwa mamanya sedang kerja, unyil besar yang sudah kelas 1 SD malah menjawab, ah, mama kan gak lagi kerja. Mama kan lagi nonton film. Ealaaahhh.... yaaa... bener juga sih. Bingung juga cari jawaban yang cocok sama logika anak umur 6 tahun :D
Tapi, tetap ada segi enaknya. Ya itu tadi, saya tidak perlu keluar rumah. Materi film diantar, hasil terjemahan dikirim lewat email. Beres. Gak ada ongkos transport ke kantor. Gak usah buang-buang waktu terjebak macet. Gak usah repot-repot dandan dan beli baju kerja. Dan bisa sambil ngawasin anak (bahkan menemani tidur siang kalo kebetulan pekerjaan sudah selesai). Mak nyuuusss....
Nah, dari sekian banyak film yang sudah saya lihat, ada beberapa yang nyangkut di hati. Film-film itu bukan produksi hollywood (surprise, surprise!)Tapi malah produksi negara-negara lain. Mau tahu? Ini nih (kalau kebetulan belum nonton dan seleranya gak jauh sama selera saya, film-film ini saya recommend banget dah. Rugi kalo gak nonton).
1. Partition. Pemeran utamanya Jimmy Mistry (pasti belum pernah dengar namanya. Dia pernah main di film The Guru sama Marisa Tomei. Buat yang belum nonton film ini, saya anjurin nonton juga. Lucu abis!) dan Kristin Kreuk (yang jadi Lana Lang ceweknya Clark Kent di Smallville). Film ini tentang perpecahan di India-Pakistan. Si Jimmy Mistry jadi suami yang orang India dan penganut Sikh, sementara Kristin Kreuk (Btw, ibunya orang indonesia keturunan Chinese lho..) jadi istrinya yang orang pakistan dan muslim. Trus mereka dipisahin sama keluarganya Kristin yang muslim itu karena ayahnya dibunuh sama orang-orang sikh. Sang suami berusaha sekuat tenaga buat menyatukan keluarga mereka lagi. Pokoke bagus dan sedih deh. Oya, Neve Campbell juga main di film ini, tapi dia jadi figuran. Dan film ini buatan Canada.
2. Michel Vaillant. Sebenernya sih film ini saya lihat bukan karena saya harus terjemahin, tapi di TV. Sayangnya ditayanginnya malam sekali, jadi saya ragu apa orang-orang banyak yang nonton. Padahal filmnya kereeennnn deh. Padahal lagi, ceritanya tentang balap mobil F1 dan saya paling gak suka nonton balap mobil. Tapi alur cerita yang bagus dan stunt-nya yang keren abis buat saya terkenang-kenang sama ini film. Kalau diajak nonton film ini lagi pasti gak nolak. Sutradaranya, jaminan mutu film prancis, Luc Besson. Negara pembuatnya, ya udah jelas la yaw, Perancis. Trus yang jadi Michel Vaillant-nya, hhmmm.... keren euy. Hehehe...
3. The Three Amigos. Ini film yang paling unik yang pernah saya terjemahin. Bayangin aja, ini film tentang 3 pelawak yang sedang melawak di atas panggung. Jadi saya harus terjemahin lawakan mereka! Kebayang gak sih, kritingnya kayak apa? Udah lah ngomongnya nyerocos, logat amerika latin pulak. Aduh duh .... Hampir nyerah waktu itu. Pelipur laranya, lawakan mereka lucuuuuu banget. Jadi sebelum nerjemahin, saya nonton dulu film-nya sampai habis. Bingung lah orang satu rumah lihat saya cekakakan sendiri, karena memang saya mendengarkannya pake earphone. Biar begitu, tetap saja waktu nerjemahin saya cekikikan lagi. Ini termasuk low budget film, jadi produsernya ya mereka bertiga itu. Pokoke unik deh.
4. Last but not least, the Ballad of Lucy Whipple. Kalo yang ini kayaknya sih produksi Hollywood berdasarkan buku dengan judul yang sama. Walaupun biasanya film yang diambil dari buku hasilnya tidak sebagus bukunya, tapi kalau menurut saya film ini cukup sukses menangkap nuansa yang diinginkan penulisnya (cailee... bahasanya). Ceritanya tentang seorang janda dengan 3 anak yang pindah ke daerah penambangan emas di California di jaman koboi dulu. Pemain utamanya Glenn Close dan Jena Malone. Pemain lain boleh dibilang kurang ngetop, walaupun ada satu dua wajah yang agak familiar. Ceritanya rada mengharukan, semacam Little House on the Prairie dan buat yang mudah mewek kayak saya, pasti akan meleleh dengan sukses. Hehehe...
Yah, segitu dulu deh resensi film yang direkomendasikan oleh saya sendiri. Nanti kalau ada film-film baru, Insya Allah saya bahas lagi deh.
Buat buku, sepanjang ingatan saya, buku gak pernah lepas dari hidup saya. Sejak belum bisa baca sendiri sampai sekarang sudah bisa nulis sendiri (nulis blog, maksudnya. Bukan nulis buku. Belom sampai laa... tahap itu).
Kalo soal film, itu malah goes all the way back to masa bayi dulu. Ibu saya suka cerita, dulu waktu ayah saya masih jadi awak kapal, ibu dan saya yang waktu itu berumur sekitar 1 tahun lebih sekian bulan pernah diajak berlayar. Karena satu dan lain hal, ibu saya meninggalkan saya sendiri di kabin kapal, cuma ditemanin sama TV yang lagi nyala. Ternyata waktu ibu kembali, saya masih tenang-tenang saja nonton itu TV, bahkan gak noleh ketika beliau masuk kabin lagi. Jadi dari umur sekian, bakat nonton saya sudah terlihat. Hehehe....
Waktu jadi wartawan amatiran di C'nS, penugasan yang paling saya suka adalah meliput pemutaran film baru. Lumayaaannn... nonton film gratis. Walaupun filmnya gak selalu sesuai selera saya. Tapi setelah cabut dari sana, ya sudah, berakhir juga acara nonton gratis.
Belakangan, saya dapat kerjaan baru, jadi penerjemah film. Dulu, sebelum tahu seluk beluk pekerjaan ini, rasanya ingin banget jadi penerjemah film. Alasannya, apa lagi kalo bukan bisa nonton gratis. Dan, apa sih susahnya nerjemahin film begitu? Tinggal denger omongannya, terjemahin deh. Beres.
Tapi ternyata sodara-sodara, dunia tidak selebar daun kelor. Apa seehh?? Ternyata menerjemahkan film itu tidak semudah yang saya kira semula. Butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikan film berdurasi 30 saja semacam film seri TV. Apalagi yang berdurasi 90 menit, seperti kebanyakan film layar lebar. Sampai panaasssss deh punggung dan pantat rasanya. Belum lagi, karena ini dikerjakan di rumah, gangguan yang datang silih berganti dari unyil-unyil itu. Kalau dibilangin bahwa mamanya sedang kerja, unyil besar yang sudah kelas 1 SD malah menjawab, ah, mama kan gak lagi kerja. Mama kan lagi nonton film. Ealaaahhh.... yaaa... bener juga sih. Bingung juga cari jawaban yang cocok sama logika anak umur 6 tahun :D
Tapi, tetap ada segi enaknya. Ya itu tadi, saya tidak perlu keluar rumah. Materi film diantar, hasil terjemahan dikirim lewat email. Beres. Gak ada ongkos transport ke kantor. Gak usah buang-buang waktu terjebak macet. Gak usah repot-repot dandan dan beli baju kerja. Dan bisa sambil ngawasin anak (bahkan menemani tidur siang kalo kebetulan pekerjaan sudah selesai). Mak nyuuusss....
Nah, dari sekian banyak film yang sudah saya lihat, ada beberapa yang nyangkut di hati. Film-film itu bukan produksi hollywood (surprise, surprise!)Tapi malah produksi negara-negara lain. Mau tahu? Ini nih (kalau kebetulan belum nonton dan seleranya gak jauh sama selera saya, film-film ini saya recommend banget dah. Rugi kalo gak nonton).
1. Partition. Pemeran utamanya Jimmy Mistry (pasti belum pernah dengar namanya. Dia pernah main di film The Guru sama Marisa Tomei. Buat yang belum nonton film ini, saya anjurin nonton juga. Lucu abis!) dan Kristin Kreuk (yang jadi Lana Lang ceweknya Clark Kent di Smallville). Film ini tentang perpecahan di India-Pakistan. Si Jimmy Mistry jadi suami yang orang India dan penganut Sikh, sementara Kristin Kreuk (Btw, ibunya orang indonesia keturunan Chinese lho..) jadi istrinya yang orang pakistan dan muslim. Trus mereka dipisahin sama keluarganya Kristin yang muslim itu karena ayahnya dibunuh sama orang-orang sikh. Sang suami berusaha sekuat tenaga buat menyatukan keluarga mereka lagi. Pokoke bagus dan sedih deh. Oya, Neve Campbell juga main di film ini, tapi dia jadi figuran. Dan film ini buatan Canada.
2. Michel Vaillant. Sebenernya sih film ini saya lihat bukan karena saya harus terjemahin, tapi di TV. Sayangnya ditayanginnya malam sekali, jadi saya ragu apa orang-orang banyak yang nonton. Padahal filmnya kereeennnn deh. Padahal lagi, ceritanya tentang balap mobil F1 dan saya paling gak suka nonton balap mobil. Tapi alur cerita yang bagus dan stunt-nya yang keren abis buat saya terkenang-kenang sama ini film. Kalau diajak nonton film ini lagi pasti gak nolak. Sutradaranya, jaminan mutu film prancis, Luc Besson. Negara pembuatnya, ya udah jelas la yaw, Perancis. Trus yang jadi Michel Vaillant-nya, hhmmm.... keren euy. Hehehe...
3. The Three Amigos. Ini film yang paling unik yang pernah saya terjemahin. Bayangin aja, ini film tentang 3 pelawak yang sedang melawak di atas panggung. Jadi saya harus terjemahin lawakan mereka! Kebayang gak sih, kritingnya kayak apa? Udah lah ngomongnya nyerocos, logat amerika latin pulak. Aduh duh .... Hampir nyerah waktu itu. Pelipur laranya, lawakan mereka lucuuuuu banget. Jadi sebelum nerjemahin, saya nonton dulu film-nya sampai habis. Bingung lah orang satu rumah lihat saya cekakakan sendiri, karena memang saya mendengarkannya pake earphone. Biar begitu, tetap saja waktu nerjemahin saya cekikikan lagi. Ini termasuk low budget film, jadi produsernya ya mereka bertiga itu. Pokoke unik deh.
4. Last but not least, the Ballad of Lucy Whipple. Kalo yang ini kayaknya sih produksi Hollywood berdasarkan buku dengan judul yang sama. Walaupun biasanya film yang diambil dari buku hasilnya tidak sebagus bukunya, tapi kalau menurut saya film ini cukup sukses menangkap nuansa yang diinginkan penulisnya (cailee... bahasanya). Ceritanya tentang seorang janda dengan 3 anak yang pindah ke daerah penambangan emas di California di jaman koboi dulu. Pemain utamanya Glenn Close dan Jena Malone. Pemain lain boleh dibilang kurang ngetop, walaupun ada satu dua wajah yang agak familiar. Ceritanya rada mengharukan, semacam Little House on the Prairie dan buat yang mudah mewek kayak saya, pasti akan meleleh dengan sukses. Hehehe...
Yah, segitu dulu deh resensi film yang direkomendasikan oleh saya sendiri. Nanti kalau ada film-film baru, Insya Allah saya bahas lagi deh.
Thursday, May 03, 2007
Pray for us, Please!
Setelah sekian lama menabung sedikit demi sedikit, setelah sekian lama hidup nomaden dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara ke negara lain, akhirnya kami bisa juga memiliki sejumlah uang untuk membeli sebidang tanah dan rumah. Walaupun kecil, walaupun masih harus dicicil, tapi besar harapan rumah itu akan jadi istana kami yang pertama (kalau tidak selamanya). Setelah berminggu-minggu merancang dan mengatur tata letak ruang, akhirnya minggu lalu peletakan batu pondasi rumah kami dilakukan.
Malangnya, ternyata hidup di negara menyedihkan ini tidak semudah itu. Tadi siang, calon rumah kami yang terletak dalam satu cluster kecil bersama 9 rumah lainnya didatangi petugas kamtip. Tanpa ba bi bu lagi, mereka langsung mengobrak abrik pondasi rumah yang sudah siap di-cor dan ditinggikan itu. Calon rumah yang letaknya persis di sebelah kami juga mengalami hal sama, pondasi yang baru berumur 3 hari itu habis diratakan dengan tanah. Yang lebih malang, rumah calon tetangga depan rumah kami yang baru selesai dibangun dan rencananya akan ditinggali pemiliknya minggu depan harus pasrah digempur palu raksasa tanpa belas kasihan. Kabarnya, rumah yang disebelahnya yg juga baru selesai akan mengalami nasib yang sama. Penyebabnya? IMB yg katanya gak ada dan sepertinya hanya bisa dimiliki orang yang punya tanah seablak-ablak dan koneksi di kantor pemerintahan. Padahal kemarin developer kami sudah mengurus perijinannya dan katanya sudah oke.
Untungnya (typikal Indonesian, dihadapkan pada kondisi apapun masih tetap bisa mencari segi positif), semua masih berada di bawah tanggung jawab developer yang Insya Allah tipe orang yang amanah. Tapi kami belum in touch dengannya, jadi sekarang belum ada kepastian tentang status tanah dan bangunan kami dan bagaimana kelanjutannya. Doakan kami ya friends, semoga semua berjalan lancar dan bisa selesai dengan baik (nulisnya sambil nahan nangis nih...)
Malangnya, ternyata hidup di negara menyedihkan ini tidak semudah itu. Tadi siang, calon rumah kami yang terletak dalam satu cluster kecil bersama 9 rumah lainnya didatangi petugas kamtip. Tanpa ba bi bu lagi, mereka langsung mengobrak abrik pondasi rumah yang sudah siap di-cor dan ditinggikan itu. Calon rumah yang letaknya persis di sebelah kami juga mengalami hal sama, pondasi yang baru berumur 3 hari itu habis diratakan dengan tanah. Yang lebih malang, rumah calon tetangga depan rumah kami yang baru selesai dibangun dan rencananya akan ditinggali pemiliknya minggu depan harus pasrah digempur palu raksasa tanpa belas kasihan. Kabarnya, rumah yang disebelahnya yg juga baru selesai akan mengalami nasib yang sama. Penyebabnya? IMB yg katanya gak ada dan sepertinya hanya bisa dimiliki orang yang punya tanah seablak-ablak dan koneksi di kantor pemerintahan. Padahal kemarin developer kami sudah mengurus perijinannya dan katanya sudah oke.
Untungnya (typikal Indonesian, dihadapkan pada kondisi apapun masih tetap bisa mencari segi positif), semua masih berada di bawah tanggung jawab developer yang Insya Allah tipe orang yang amanah. Tapi kami belum in touch dengannya, jadi sekarang belum ada kepastian tentang status tanah dan bangunan kami dan bagaimana kelanjutannya. Doakan kami ya friends, semoga semua berjalan lancar dan bisa selesai dengan baik (nulisnya sambil nahan nangis nih...)
Subscribe to:
Posts (Atom)