Friday, March 27, 2009

My Girl


Ketika mengandung si bungsu ini, kami sekeluarga sedang tinggal di Jepang, menemani bapak yang mendapat beasiswa JDS dari pemerintah Jepang untuk melanjutkan sekolah dan meraih gelas Master di Universitas Waseda, Jepang. Karena memang sudah direncanakan untuk memberikan adik buat Reyhan ketika umurnya sekitar 3 tahun, sebelum berangkat ke Jepang, mama copot spiral dulu. Bulan Januari akhir sampai di Jepang berdua Reyhan (menyusul bapak yang sudah berangkat 6 bulan sebelumnya), bulan maret mama sudah hamil adek.

Kehamilan ke-2 itu mama rasakan awalnya lebih berat dari yang pertama. Waktu hamil Reyhan dulu, di tri-kuarter pertama mama sering merasa mual kalau mencium aroma yang agak kuat seperti wangi soto, toge goreng, dll. Tapi kali ke-2 ini, bahkan mencium aroma nasi yang sedang ditanak pun mama merasa mual. Akibatnya, kalau sedang masak nasi, pintu dapur harus ditutup rapat. Selain itu, aroma kuah udon (apa ya namanya? Toyu? Apa soyu?) juga membuat mama mual. Padahal satu-satunya sarana transportasi ke Tokyo adalah dengan memakai kereta, dan persis di depan pintu masuk stasiun minamiyono ada restoran udon. Waduh, yang ada tiap kali lewat sana, mama harus jalan cepat2 sambil menutup hidung. Selain itu juga mama jadi sering mengantuk (kalau ini nggak aneh lagi, waktu hamil reyhan dulu juga begitu). Di luar itu, yang lainnya normal2 saja.

Bahkan waktu usia kehamilan belum sebulan (jadi sebelum mama sadar sedang hamil dan belum periksa pake test pack), kami sekeluarga ikut ski tur ke Kusatsu Onsen bersama dengan kelas nihongo mama. Disana mama main ski dan mandi di onsen (yang sebenernya berbahaya untuk kehamilan. Tapi karena mama tidak sadar bahwa sedang hamil, jadi mama ikutin aja semua acara. Untung izza gak apa-apa). Tapi kalau diingat2, dulu waktu hamil Reyhan 5 bulan, mama malah naik jet ski di anyer, bersama rombongan wartawan dan bapak. Dan Alhamdulillah gpp kok. Jadi memang kayaknya kandungan mama dan janin anak2 mama cukup kuat, syukur Alhamdulillah.

Dalam perjalanan pulang dari Kusatsu, mama mual2 di perjalanan. Jadi agak curiga, karena biasanya mama gak ada masalah naik kendaraan apapun. Setelah sampai apato, trus bapak beliin test pack. Dan ternyata benar, hasilnya positif. Syukurlah. Tapi bapak sempet ribut, kira2 anak laki2 lagi atau perempuan nih? Karena bapak kan pingin banget punya anak perempuan. Mama juga kepingin sih, anak ke-2 ini perempuan, tapi kalau memang takdir Allah beda, ya mau apa? Yang penting sempurna dan sehat aja deh.

Untuk periksa kehamilan, mama ‘konsultasi’ dulu sama teman2 sesama orang Indonesia di Saitama. Si A saranin ke rumah sakit X, si B saranin ke rumah sakit Y, si C beda lagi sarannya. Daripada bingung, mama datangin aja semua satu2. Hahaha…. Akhirnya kami ditemani Mayumi San (tetangga lantai bawah) kontrol ke rumah sakit di dekat Kita Urawa. Perjalanan ke sana naik, apalagi kalau bukan, sepeda. Huiiihhh… hamil 2 bulan genjot sepeda di tanjakan. Tapi mama pelan2 aja naik sepedanya, takut nanti kenapa2. Trus karena rumah sakit itu dekat sama taman kita urawa yang ada air mancur jogetnya itu, pulang dari rumah sakit, mampir dulu deh ke taman, supaya anak2 bisa main2 dan kami bisa santai sebentar.

Setelah pindah ke Honjo, proses mencari dokter dan rumah sakit berulang. Kali ini lebih sulit karena gak ada Mayumi yang merangkap interpreter dan jarang dokter di Honjo yang ngerti bahasa Inggris. Berkat pertolongan teman dari Waseda, Yayoi San, akhirnya mama berhasil menemukan klinik bersalin kecil yang dokternya punya banyak pasien orang asing. Walau kecil, tapi kebanyakan pasiennya orang2 asing seperti dari Meksiko, Korea, dll. Sepertinya mereka para pekerja pabrik yang banyak terdapat di pinggir kota Honjo.

Selama kehamilan di Honjo, Mama sering sekali naik sepeda. Terpaksa, karena jarak ke stasiun kereta jauh hampir 2 km (tidak seperti di minamiyono yang bisa dicapai dengan jalan kaki) dan bus jarang sekali (hampir 1 jam sekali baru ada bis dari terminal kereta ke terminal shinkansen dekat dorm). Ya sud, jadi lebih sering naik sepeda deh. Kalau berangkat dari dorm, gak masalah karena dorm terletak di atas bukit jadi tinggal meluncur turun saja. Tapi pulangnya yang setengah mati, harus jalan mendorong sepeda naik tanjakan yang lumayan terjal. Apalagi kalau pulang belanja dari supa, sepeda penuh dengan barang belanjaan. Terlebih, kadang Reyhan menolak disuruh turun dari sepeda dan jalan kaki, jadi kami harus mendorong sepeda penuh belanjaan plus Reyhan duduk diatasnya. Alamaaaakkk... baru deh berasa beratnya tinggal di negeri orang, gak punya mobil. Kalo lagi kayak gitu, rasanya pingin bawa mobil yg ada di indonesia atau beli mobil di jepang. Tapi nggak bisa, karena bapak gak dibolehin nyetir selama di jepang itu. Jadi ya serba salah deh. Akhirnya, terima nasib ajalah 

Di usia kehamilan 7 bulan, ada kabar bahwa bapak akan melakukan riset thesisnya di Lombok. Ketika dihitung2, ternyata waktunya bersamaan dengan perkiraan tanggal melahirkan. Wah, semua jadi panik. Soalnya, ibu melahirkan di jepang harus tinggal di rumah sakit minimal 5 hari, untuk memastikan bayinya dan ibunya sehat2. So, kalo waktu itu bapak sedang di lombok? Siapa yang bisa jaga Reyhan? Mama sempet terpikir utk mendatangkan nenek, tapi nenek takut ke jepang sendirian. Mau berangkat kalau berdua inyik. Tapi mama gak punya uang buat mendatangkan keduanya. Kalau cuma inyik sendiri, wah mana bisa kakek dan cucu berduaan di apartemen? Siapa yang ngurusin? Sama aja boong. Akhirnya diputuskan mama dan Reyhan kembali duluan ke Indonesia. Nanti setelah melahirkan, balik lagi ke jepang bersama2. Bisa diantar dari Indonesia, atau dijemput bapak dari Jepang.

Mulai hunting tiket pulang. Ternyata banyak maskapai yang nggak mau menerbangkan ibu hamil diatas 7 bulan. Aduuuuhh… pusing deh. Untungnya Garuda masih mau menerima, walaupun syaratnya banyak. Mesti minta surat keterangan dari dokter lengkap dengan berkas medis mama selama hamil di sana. Lalu mereka akan mengirimkan berkas2 itu ke Indonesia untuk ditelaah dan disetujui oleh dokter Garuda di Indonesia. Setelah disetujui, berkas dikirim lagi ke Garuda Tokyo, baru deh tiket mama bisa di-issued. Huaaa.... ribet bo’. Tapi untungnya gak ada kendala. Dan di usia kehamilan 8 bulan, pulang deh mama ke Indonesia berdua Reyhan (lagi).

Tanggal 3 desember 2004 sore, mama masuk rumah sakit karena setelah diperiksa di dokter ternyata sudah ada bukaan 1 dan memang sudah tanggalnya. Tapi sama sekali belum ada mules2 apapun. Jadi malam itu mama bisa makan dan tidur dengan nyenyak. Bahkan esoknya mama sempat shalat shubuh dulu. Jam 6 pagi itu, mama dipasang infus induksi. Belum ada yang datang menjenguk, jadi mama sendirian saja menghadapi proses kelahiran Izza. Baca Bismillah, semoga semua berjalan lancar. Setengah jam kemudian, mulai terasa mulas, tapi kata suster baru bukaan 4 jadi dokter belum dipanggil. Rasa mulasnya makin terasa, tapi mama tahan karena intervalnya belum terlalu dekat. Sekitar 15 menit kemudian, mama minta suster periksa lagi, katanya sudah bukaan 8, tapi dokter belum bisa datang karena sedang mandi setelah membantu kelahiran pasien di sebelah mama. Aduuuuhhh... gimana toh? Kalau sebentar lagi melahirkan tapi dokter belum selesai mandi, gimana ya?

Akhirnya, 10 menit kemudian, dokter datang. Dan langsung menyuruh mama mengedan. 2 kali mengedan, keluarlah sang bayi. Tanggal 4 Desember 2004 jam 7 pagi, Fayza Yukika Untoro lahir di Rumah sakit Hermina Depok dengan berat 2,9 kg dan panjang 48 cm. Lebih kecil dibanding Reyhan yang lahir dengan berat 3,4 kg panjang 51 cm. Tapi yang penting fisiknya sempurna dan sesuai harapan kami, anak perempuan. Namanya mama yang memilihkan. Fayza artinya successful, Yukika berasal dari kata yuki yang artinya salju dan ka yang artinya bunga (kalau digabung, jadinya snow flower alias snowflakes). Mama sengaja memberi nama yang berbau jepang untuk mengingatkan kami akan jepang, tempat tinggal ke-2 yang memberi kesan mendalam bagi kami sekeluarga, terutama mama dan bapak.

Ketika sedang dijahit dokter, HP mama berdering, bapak menelpon dari Jepang. Kaget juga bapak dengar mama sudah melahirkan tapi langsung mengucap syukur mendengar semua lancar2 saja. Agak siang, baru nenek, inyik dan reyhan datang menjenguk.

Umur 1,5 bulan, Izza ikut ke Jepang bersama mama, bapak (yang baru menyelesaikan proyek di lombok) dan kakak Reyhan. Umur 3 bulan, ikut ski trip ke Nakazato (walau protes alias nangis terus diperjalanan karena kedinginan, kayaknya. Dan memang Izza satu2nya bayi di tempat itu. Ortunya rada gendeng, bayi 3 bulan diajak mandi salju. Hehehe….). Umur 4 bulan, Izza diajak keliling2 Osaka, Kyoto dan Universal Studio Osaka. Tapi mayoritas waktu dihabiskan Izza di Honjo, di International House Waseda yang kecil namun nyaman.

Photobucket

Berhubung waktu Reyhan bayi dulu mama masih ngantor, maka kali ini mama bisa leluasa mengurus Izza sepenuhnya dengan sesekali dibantu bapak. Sejak lahir sampai umur 6 bulan, Izza mimik ASI eksklusif. Setelah 6 bulan, mulai mama kenalkan makanan alami seperti sayur2an, nasi dan ikan yang diblender. Wah, izza makan lahap sekali walaupun semua makanan itu dimasak tanpa garam dan gula. Untuk memudahkan, mama memasak semuanya dalam jumlah banyak, lalu membekukannya dalam freezer di kotak tempat membuat ice cube. Trus kalau udah jam makan, tinggal ambil seperlunya dan dicairin di microwave. Siap disantap deh.

Umur hampir 9 bulan, Izza ikutan boyongan ke hotel Washington, Tokyo dan ngikutin upacara wisuda bapak di kampus Tokyo. Gak lama kemudian, sekeluarga pulang deh ke Indonesia. Setelah sekitar 2 bulan tinggal di rumah nenek, mama dan bapak lalu mengontrak rumah di daerah pondok duta tempat kakak pertama kali bersekolah TK.

Sekarang, umur Izza sudah 4 tahun 3 bulan. Sudah makin kenes, makin feminine. Favoritnya adalah princess dan Barbie (bukan bonekanya, tapi film2 dan buku2nya). Izza juga paling suka benda2 yang cantik dan berwarna pink, seperti sepatu, tas, dan asesoris lainnya. Izza senang menyanyi, tapi bukan lagu yang dibuat orang, melainkan lagu yang dikarangnya sendiri. Sambil menyanyi-nyanyi yang kata2nya tidak bisa dimengerti orang lain selain dirinya sendiri, Izza akan menari berputar2 seperti penari balet (hhmmm.... sepertinya ini obsesi terpendam, belajar balet. Tapi mama masih ragu2 utk mengkursuskan balet, takut nanti membawa mudharat. Hehehe…). Izza juga apik, senangnya merapikan selimut atau baju yang berserakan. Izza adalah anak yang senang membantu, kalau dimintai bantuan maka dia akan segera melaksanakan. Tapi jangan coba2 membuatnya kesal, amukannya cukup menakutkan. Ini sering terjadi kalau kakaknya yang suka jahil, iseng mengerjainya. Walau begitu, amukan Izza bisa cepat reda, asalkan kita pintar mengalihkannya saja. Izza juga sudah hafal semua abjad dan angka, jadi sebentar lagi tampaknya bisa diajar membaca. Izza rajin berlatih mewarnai dan menulis, tidak seperti kakak yang paling anti belajar menulis. Hehehe… Sekarang ini mama belum bisa melihat ke arah mana bakat Izza harus diarahkan, tapi satu hal yang pasti, Izza juga harus menguasai bahasa Inggris dengan baik. Perkara bidang apa yang akan ditekuni, mama hanya mendoakan semoga itu adalah yang terbaik buat izza dan yang terpenting Izza enjoy menjalaninya.


Name: Fayza Yukika

There are 11 letters in your name.
Those 11 letters total to 47
There are 5 vowels and 6 consonants in your name.

Your number is: 11

The characteristics of #11 are: High spiritual plane, intuitive, illumination, idealist, a dreamer.
The expression or destiny for #11:
Your Expression number is 11. The number 11 is the first of the master numbers. It is associated with idealistic concepts and rather spiritual issues. Accordingly, it is a number with potentials that are somewhat more difficult to live up to. You have the capacity to be inspirational, and the ability to lead merely by your own example. An inborn inner strength and awareness can make you an excellent teacher, social worker, philosopher, or advisor. No matter what area of work you pursue, you are very aware and sensitive to the highest sense of your environment. Your intuition is very strong; in fact, many psychic people and those involved in occult studies have the number 11 expression. You possess a good mind with keen analytical ability. Because of this you can probably succeed in most lines of work, however, you will do better and be happier outside of the business world. Oddly enough, even here you generally succeed, owing to your often original and unusual approach. Nonetheless, you are more content working with your ideals, rather than dollars and cents.

The positive aspect of the number 11 expression is an always idealistic attitude. Your thinking is long term, and you are able to grasp the far-reaching effects of actions and plans. You are disappointed by the shortsighted views of many of your contemporaries. You are deeply concerned and supportive of art, music, or of beauty in any form.

The negative attitudes associated with the number 11 expression include a continuous sense of nervous tension; you may be too sensitive and temperamental. You tend to dream a lot and may be more of a dreamer than a doer. Fantasy and reality sometimes become intermingled and you are sometimes very impractical. You tend to want to spread the illumination of your knowledge to others irrespective of their desire or need.

Your Soul Urge number is: 6
A Soul Urge number of 6 means:
With a number 6 Soul Urge, you would like to be appreciated for your ability to handle responsibility. Your home and family are likely to be a strong focus for you, perhaps the strongest focus of your life. Friendship, love, and affection are high on your list of priorities for a happy life. You have a lot of diplomatic tendencies in your makeup, as you are able to rectify and balance situations with an innate skill. You like working with people rather than by yourself. It is extremely important for you to have harmony in your environment at all times.
The positive side of the 6 Soul Urge produces a huge capacity for responsibility; you are always there and ready to assume more than your share of the load. If you possess positive 6 Soul Urges and express them, you are known for your generosity, understanding and deep sympathetic attitude. Strong 6 energy is very giving of love, affection, and emotional support. You may have the inclination to teach or serve your community in other idealistic ways. You have natural abilities to help people. You are also likely to have artistic and creative leanings.
If you have an over-supply of 6 energy in your makeup, you may express some of the negative traits common to this number. With such a strong sympathetic attitude, it is easy to become too emotional. Sometimes the desires to render help can be over done, and it can become interfering and an attitude that is too protective, rather than helpful. The person with too much 6 energy often finds that people tend to take advantage of this very giving spirit. You may tend to repress your own needs so that you can cater to the demands from others. At times, there may be a tendency in this, for becoming over-loaded with such demands, and as a result become resentful.

Your Inner Dream number is: 5
An Inner Dream number of 5 means:
You dream of being totally free and unrestrained by responsibility. You see yourself conversing and mingling with the natives in many nations, living for adventure and life experiences. You imagine what you might accomplished.

1 comment:

miaridho said...

Mbak Ullll, wah baca cerita Izza jadi inget masa2 dulu yaaa, seru banged dulu di sini banyak orang indonesianya:D....

Iya Kalo pulang Insya Allah kita ketemuan yaa Mbak, kangen sam Reyhan dan Izza yang juga udah gede2, untuk sementara kita di sini dulu Mbak, doain kita sanggup menghadapi PR2 besar dalam hidup terutama urusan anak yaaa, hehe...

sun sayang buat anak2 yaaa....