Berita yang paling menghebohkan di Indonesia atau setidaknya di Jakarta sekarang ini ada dua: kasus video porno anggota DPR dan pengakuan Aa’ Gym tentang pernikahannya yang kedua. Hampir setiap hari, ada saja infotainmen di TV yang membahas atau setidaknya menyebutkan salah satu dari kedua kisah tersebut. Setelah mendengar komentar kanan-kiri tentang mereka, akhirnya jadi gatel juga tangan buat nulis pendapat sendiri.
Saya gak mau ngebahas kasus yang pertama (seperti kata psikolog kondang Sartono M, hanya orang goblok yang mau direkam ketika sedang berintim-intim). Tapi saya ingin mengemukakan pendapat pribadi, sekali lagi pendapat pribadi, tentang keputusan mubaligh kondang tsb untuk melakukan poligami. Masih jelas sekali dalam ingatan kata-kata beliau beberapa tahun yang lalu ketika menolak poligami award yang hendak diberikan oleh pemilik restoran Wong Solo dan pelopor poligami award. Ketika itu beliau berkata bahwa walaupun bukan penentang poligami, beliau tidak berniat melakukan poligami karena ,”satu istri aja juga gak abis-abis kok”. Rasanya bukan hanya saya yang mendengar dan ingat kata-kata ini tapi juga banyak sekali orang karena, sekali lagi, ditayangkan di infotainmen dan TV.
Ternyata, sekarang, beliau seperti menjilat ludahnya sendiri. Tiba-tiba saja beliau mengumumkan pernikahannya yang kedua dengan seorang janda beranak 3 yang berlangsung empat bulan yang lalu. Dan katanya, atas persetujuan sang istri.
Di infotainmen, sang istri yang kerap dikenal dengan nama teh Nini membeberkan alasannya menyetujui pernikahan kedua istrinya. Saya tidak ingat kata-kata pastinya, tapi intinya adalah karena ia ingin mendapat pahala dan mencari jalan ke surga. Selain itu, juga untuk menghindari rasa cinta yang berlebihan kepada suami yang ditakutkan bisa mengalahkan rasa cinta kepada Allah SWT.
Saya amat sangat tidak setuju dengan pendapat tersebut. Pertama-tama, ada amat sangat banyak cara beribadah yang bisa mendatangkan pahala dan membuka jalan menuju ke surga. Kenapa harus cara yang satu itu yang dipilih? Bakti dan cinta kepada suami bisa ditunjukkan dengan banyak cara lainnya, bukan hanya dengan mengijinkan suami untuk poligami. Belum lagi pertanyaan yang biasanya muncul di masyarakat ketika mendengar seorang suami menikah lagi yaitu, istrinya kurang apa sih? Langsung timbul dugaan negative bahwa ada sesuatu yang salah di pihak istri.
Yang kedua, Aa’ adalah seorang tokoh Islam yang terpandang dan terkenal di Indonesia. Dengan tindakannya yang seperti ini, ditakutkan akan timbul semacam legitimasi bahwa poligami itu dianjurkan dalam Islam, lalu berbondong-bondonglah orang-orang yang kurang pemahamannya terhadap hukum islam melakukan poligami, termasuk orang-orang yang pada dasarnya tidak mampu baik dari segi materi maupun psikis.
Saya tidak menentang apalagi membenci poligami. Bagi saya, poligami adalah salah satu hukum Allah yang tercantum dalam Al-qur’an, sehingga tidak bisa diragukan lagi kebenarannya. Yang saya sayangkan, banyak orang Islam yang memanfaatkan hukum ini untuk kepentingan pribadi tanpa berusaha mengupas lebih dalam lagi sejarah dan aturan-aturan mainnya. Karena sesungguhnya kalau dilihat lebih jauh lagi, sebelum sampai kebagian “diperbolehkan untuk mengawini dua, tiga atau empat istri”, Allah sudah memberi peringatan “Jika kamu bisa berlaku adil”. Peringatan ini bukan main-main, karena lalu dalam surat yang sama, Annisa, di ayat 129, Allah menambahkan bahwa “sesungguhnya kamu tidak akan pernah bisa berlaku adil terhadap para istri-istrimu walaupun kamu sangat ingin melakukannya”. Jadi sebenarnya Sang Maha Pencipta yang Maha Mengetahui kondisi mahluk ciptaannya sudah menjelaskan bahwa syarat melakukan poligami adalah syarat yang tidak mungkin dicapai oleh mahluknya. Yang menciptakan saja sudah tahu kok yang diciptakan masih ngeyel, ngeles bahwa bisa kok adil….
Jika pernikahan diibaratkan sebagai pesawat terbang, maka poligami adalah pintu darurat pesawat itu. Setiap pesawat terbang harus memiliki pintu darurat, tapi hanya sedikit sekali yang pada akhirnya memakainya. Banyak pesawat yang selama masa operasi sampai pensiunnya tidak pernah memakai pintu tersebut. Mubazir kah? Tidak, karena jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat maka mekanismenya sudah tersedia. Demikian juga halnya dengan poligami. Tak seperti agama lain, Islam tidak menutup kemungkinan pasangan suami istri untuk bercerai atau bahkan melakukan poligami, sepanjang ada alasan yang baik dibelakangnya. Contohnya adalah ketika pasangan suami istri tidak memiliki keturunan, atau sang istri menderita penyakit berat yang membuatnya tidak bisa melayani suaminya. Dalam kondisi seperti ini, poligami bahkan dianjurkan. Tapi kembali lagi ke persyaratan semula, harus adil.
Belakangan ada orang yang menambahkan alasan untuk melakukan poligami. Katanya, daripada zinah, lebih baik beristri dua atau lebih kan? Alasan ini sama sekali tidak tepat. Kalau menurut Rieke Dyah Pitaloka alias si Oneng, seorang pria sebagai seorang manusia yang memiliki akal budi seharusnya bisa mengendalikan hawa hafsunya. Bukan sebaliknya, nafsu mengendalikan akal. Kalau akal dikendalikan oleh nafsu, maka pria tidak ubahnya seperti binatang. Tentunya kaum pria tidak mau diidentikkan dengan binatang, kan? Sebagai pembanding, bagaimana jika terjadi kasus dimana nafsu birahi seorang istri lebih tinggi daripada suaminya, bisakah atau malah haruskah sang istri memiliki 2 atau lebih suami? Ternyata tidak pernah ditemui seorang istri yang tidak puas dengan satu suami memutuskan untuk memiliki suami lagi.
Saya sebetulnya sangat prihatin dengan kondisi umat islam umumnya dan rakyat indonesia pada khususnya. Menurut pendapat saya, semua kerusakan moral dan kehancuran kondisi masyarakat sedikit banyak disebabkan oleh pemahaman agama dan Al-qur’an yang setengah-setengah. Praktek poligami atas dasar birahi dengan berkedok sunnah rosul, pembagian harta waris yang mengabaikan hukum Al-qur’an (menyamakan bagian anak laki-laki dan anak perempuan padahal sudah jelas disebutkan dalam surat Annissa aturan pembagiannya) dan pengingkaran suruhan untuk mengenakan jilbab (dengan dalih tidak ada perintahnya dalam Al-qur’an, sementara dalam surat An-Nur ayat 31 sudah jelas-jelas disebutkan bahwa kaum wanita diperintahkan untuk menutupkan kerudung ke dadanya. Logikanya, kalo dada dikerudungin, masa rambut dan leher dibuka?), semua merupakan akal-akalan manusia untuk berkelit dari hukum-hukum yang sudah diterapkan oleh Allah, yang notabene bertujuan untuk kesejahteraan dan ketertiban hidup manusia itu sendiri. Karena itu tidak heran kalau kondisi masyarakat kita sekarang sangat memprihatinkan. Pertanyaannya, sampai kapan kondisi ini akan berlangsung dan dipertahankan? Wallahu’alam bissawab.
It's my life, inside and out. It's now or never 'cause I ain't gonna live forever. But I'll surely make the most of it ;) After all, no guts, no glory. No woman, no glory (hehehe....)
Friday, December 08, 2006
Happy 2nd birthday, Izza!
My little girl reached 2 years last Monday. Unlike last year, we didn’t invite anyone to celebrate the happy day; just us, the Untoros. After all, the birthday girl doesn’t really understand what’s going on. She just know that her mother made her a cake with small doraemon and laalaa on top accompanied by a bunny and a dog :P
Maybe it’s cliché, but time really does seem to fly. It’s still fresh in my mind my pregnancy in Japan, how I continued riding bicycle and pushing it up the hill while I was 8 months pregnant with Izza (anyone calls me a whinner should try that once in a while). How difficult it was to find a doctor whom we could consult comfortably (meaning could speak English) so that I visited no less than 5 doctors during my pregnancy there! Last but not least, how I must give birth to Izza all alone at the hospital, without my husband (who were still in Japan) or my parents (who were at home taking care of Reyhan. Alhamdulillah, the process of birth was easy. In fact, I still had a good sleep the night before the d-day. I still even pray subuh that day. After that, the nurse gave me the induction medicine at 6 o’clock, the contraction started at 7 and then Izza was born at 7.55. Just like that.
Even though she’s already 2 years, Izza is still breastfed, although only at night before she goes to bed. This whole breastfeeding process is a bit of a problem for me. In one hand, I want to give her the best (and ASI is the best for baby) and I think I’m quite suceed in doing that because I give her ASI exclusive until she was 6 month old. On the other hand, she became too dependant on me that almost couldn’t do anything or go anywhere without her. She refuses the bottle that we give her later (well, maybe because it’s too late), and she barely eats any food. She doesn’t even like rice until now. Fortunately, she still eats other thing like noodle, cheese, fruit and drink milk like susu bantal. Judging from her weigh, I think she is still normal although maybe a bit underweight.
[A note for mothers who were breastfeeding: don’t let your baby too dependent on your breastmilk. It’s better to let her drink the milk from the bottle once in a while and ask your husband to give it to your baby. That way, you have no difficulty in weaning your baby.]
Just like her brother, Izza likes to sing and watch cartoons. Her favorit characters are doraemon, teletubbies especially laalaa and Winnie the pooh. She starts to talk more clearly and the words are started to make sense to her audience. For example, she said ‘nyum’ for minum, ‘cucu’ for susu, ‘caci’ for sakit, ‘caci’ for kaki, and ‘caci’ for kaus kaki (so if she starts to say ‘caci’, we must see which way she points to help us undestand which caci is that). Just last night, she spoke a new word. After we turned off the lamp in our room, she suddenly said ‘bambu’ while pointing at it. Mas and I authomatically corrected her ‘lampu’. She said again ‘bampu’. And then I said,”Ikutin mama ya dek. Laaammm….” And she said,” puuuuu…..”
Subscribe to:
Posts (Atom)